Review Film Indonesia KEMARIN (2020)

Setelah pergantian tanggal dua kali karena pandemic tak kunjung padam, akhirnya film Kemarin yang seharusnya tayang di bulan April atau Agustus 2020 kini sudah bisa disaksikan di layar lebar atau bioskop. Sebuah karya dokumenter dari Upie Guava. Upie adalah seorang sutradara yang sejak tahun 2002 hingga sekarang sudah menghasilkan lebih dari 150 video musik di Indonesia, antara lain: D'masiv, Rossa, Nidji, D'Bagindas, Sm*sh, Marcell Siahaan, Slank, Indah Dewi Pertiwi, Ungu, Afgan, Vidi Aldiano, Letto dan lain-lain. Pada tahun 2012 beberapa karyanya masuk beberapa nominasi di ANTV Klik Award, SCTV Inbox Awards dan ia memenangkan penghargaan sebagai sutradara terdahsyat di Dahsyat Awards. Di Piala Maya ke-7 masuk sebagai nominasi Video Klip Terpilih Piala Maya melalui video klip Afgan yang berjudul Love Again. Kalau melihat backgroundnya sebagai sutradara video klip rasanya tidak perlu meragukan kualitasnya melalui film Kemarin.

Film Kemarin menceritakan bagaimana grup band Seventeen hingga terjadinya tragedi mengenaskan yang menimpa personil grup band Seventeen di Tanjung Lesung ketika sedang menghibur sebuah perusahaan. Melalui film Kemarin diceritakan awal mula terbentuk mereka di tahun 2002, saat itu vokalisnya masih Doni yang membuat kolaborasi lagu bersama Arie Untung. Setelah itu grup band tersebut dikenal orang banyak. Seiring perjalanan waktu, di tahun 2006 pergantian vokalis dengan cara audisi, ditemukanlah Ifan hingga saat ini menjadi vokalis Seventeen.


Sebelum menonton Kemarin sempat terpikir pasti filmnya gitu doang, eh ternyata diluar ekspetasi yang ternyata memiliki kekuatan di daya tarik emosi penonton ke para nara sumber yang mengutarakan kisah-kisahnya terutama sebelum dan sesudah peristiwa tragedi mengenaskan di tanggal 22 Desember 2018, Tanjung Lesung terjadi. Karir Upie Guava pun baru tahu setelah menonton Kemarin, jadi tidak heran kenapa secara keseluruhan film ini mampu mengkoneksikan dengan erat ke penonton. Editor film Kemarin juga patut diancungi jempol karena mampu menjahit berbagai macam footage dan kemungkinan ada reshoot untuk menggambarkan bagaimana situasi ombak tsunami serta membagikan rasa mendalam ke penonton. Untuk sebuah film dokumenter yang tayang komersil di bioskop rasanya Kemarin cukup oke secara keseluruhan.


Komentar