Tan, Joon, dan Tu adalah tiga sahabat playboy kelas kakap dan tinggal 1 rumah dengan istri mereka masing-masing. Tan adalah seorang fotografer yang memiliki tugas untuk mencari pengganti model yang cantik. Joon adalah seorang penyanyi band di klub malam yang bernama Lulla. Tu adalah seorang pembuat film. Mereka masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda dalam mencari simpanan, walaupun pernah suatu hari mereka berhubungan dengan satu wanita yang sama. Kecurigaan demi kecurigaan pun dirasakan istri mereka masing-masing. Tapi berkat kecerdikan mereka, semua rahasia untuk sementara waktu bisa tersimpan dengan baik. Suatu hari Tan bertemu dengan criteria model yang dia inginkan. Dia bernama Suzie. Suzie adalah seorang pacar dari konglomerat tua ternama. Kepuasan harta duniawi bisa dibilang dia dapatkan tanpa cela, namun lain halnya dengan kepuasan batin seorang wanita normal yang tidak dia rasakan. Suzie pun ternyata jatuh cinta terhadap Tan. Akan tetapi, Tan dkk sudah berjanji tidak akan selingkuh lagi dari istri-istri mereka. Problematika dan dilematika percintaan mereka pun berlanjut hingga yang pada akhirnya harus ada yang dikorbankan.
Sebelum menonton film ini, gue membaca sinopsis dan melihat poster film Lulla Man ผู้ชายลัลล้า สูตร 3G ซ่าส์ ซ่าส์หากิ๊ก (Pu Chai Lulla) bisa dibilang cukup menarik. Akan tetapi, semua itu terlihat tidak orisinil lagi ketika gue melihat secara keseluruhan film ini seperti film Indonesia Suami-suami takut istri, Namaku Dick dan Mafia Insyaf. Bagian-bagian apa saja yang di dalam film tersebut alangkah lebih baik menyaksikannya sendiri. Ketidakorisinilan film ini untungnya ditutupi dengan peristiwa-peristiwa konyol dan gokil di sepanjang film ini. 3 playboy ketika melakukan aksinya bisa dibilang seperti menceritakan di kehidupan nyata sebenarnya. Bagaimana pembawaan karakter “palsu” mereka di depan atau belakang istri mereka masing-masing bisa dibilang membuat anda gregetan untuk melempar mereka dengan kata-kata pujian dan sepertinya bisa ditiru #eh. Scoring film ini bisa dibilang menarik dan beragam, sebut saja aanya musik opera, dan dentingan musik piano yang menyentuh menjadi andalan film ini.
Sutradara film Thailand satu ini yaitu Tunya Potiwijit , bisa dibilang mampu membuat irama naik turunnya tempo tingkat emosi di film ini. Konflik-konflik yang dihadirkan film ini bisa dibilang cukup beragam dan bahkan adanya konflik yang tidak terduga di menjelang akhir film ini. Gue secara pribadi pun menarik kesimpulan kalau pria memang seperti di film ini yaitu tidak pernah puas dengan satu wanita. Tapi bukan berarti gue menyetujui adanya perselingkuhan yang sudah kelewat batas dan adanya poligami ya. Memang aktris film Thailand diciptakan anggun dan cantik-cantik kali yak, di film ini Suzie dan istri dari Tan bisa dibilang menarik perhatian di film Lulla Man. Wajah lucu dan menggemaskan mereka memiliki daya tarik tersendiri. Tapi di film ini juga ada kekurangannya, adanya peran-peran tempelan belaka di adegan coffee shop yang bisa dibilang terulang 2-3 kali dan adanya konflik yang bisa dibilang terpecahkan segampang membalikkan telapak tangan. Durasi film ini yang bisa terbilang paling singkat dibandingkan pendahulunya tidak menjadi masalah buat gue secara pribadi, karena pengemasan yang menarik membuat film ini tetap layak untuk dinikmati hingga credit title muncul. Selamat menonton. :cheers:
3,5/5
Trailer
menurut sy biasa aja nih film...ada adegannya yg agak garing..ya lumayanlah, mungkin krn sy teracuni dengan film macam suckseed, a crazy little thing called love atau hello stranger :D
BalasHapus