Cerita berawal dari Pasha yang sedang mempersiapkan kejutan romantis buat pacarnya, Lisa, di sebuah taman. Namun persiapan dan kebahagiaan itu tiba-tiba luntur ketika Pasha mendapatkan telepon dari Lisa kalau hubungan mereka lebih baik diberhentikan saja. Pasha yang sangat mencintai Lisa tidak menyangka semuanya bakal seperti ini. Teman-temannya, Makki, Onci, Rowman, dan Enda pun tidak tega melihat kemurungan sikap dari Pasha setelah kejadian malam itu. Sampai pekerjaan mereka yang bertekun di bidang Event Organizer sempat menjadi berantakan gara-gara mood Pasha yang masih belum stabil. Hingga pada akhirnya Makki memiliki ide untuk membawa Pasha ke klinik cinta yang disebut dengan Purple Heart. Di klinik tersebut, ada seorang gadis yang bernama Thalita. Dia pun membantu misi dari teman-teman Pasha untuk menyembuhkan Pasha. Misi pertama pun berlangsung dengan baik dan Pasha sepertinya sudah terlihat melupakan Lisa dan mencoba membuka hati kepada orang lain. Thalita pun berniat mencarikan Pasha tambatan hati. Dia memiliki seorang teman yang bernama Sally.
Sally adalah seorang gadis lugu, cantik dan ceria. Suatu malam Thalita membuat ide untuk mempertemukan Pasha dengan Sally. Tapi sepertinya keberuntungan sedang berada di Onci, bagaimana tidak, dia ternyata yang berhasil mencuri perhatian Sally bahkan hingga jatuh cinta. Suatu hari Thalita merasa hubungan dia dengan Pasha sudah terlampau dekat. Dia memutuskan untuk bernhenti dari misi ini karena sepertinya Pasha sudah sembuh dari masalahnya. Ketika Thalita sedang membicarakan masalah ini kepada teman-temannya Pasha, Pasha pun mendengar semua itu dan tahu bahwa dibalik semua ini adalah karena Thalita dibayar oleh teman-temannya. Pasha pun tidak kalah diam dan berontak kepada Thalita. Thalita pun emosi dan pergi meninggalkan Pasha dan teman-temannya. Akankah hubungan Pasha dengan Thalita dapat terjalin dengan baik kembali? Lalu mengapa Thalita begitu baik selama ini kepada Pasha? Ada apakah dibalik semuanya ini?
Sebuah kisah anak band pun kembali diangkat oleh sebuah produksi film. Setelah Garasi, The ChangCutter dan terakhir Wali kini Ungu pun direkrut oleh Kharisma Starvision Plus untuk sebuah film. Proyek film bertema yang sama adalah proyek kedua dari Kharisma Starvision Plus sendiri setelah The ChangCutter yang sempat hits hingga sekuel Tarix Jabrix bahkan tahun ini pun akan ada trilogi Tarix Jabrix (16 Juni 2011). Dengan sutradara arahan Guntur Soeharjanto dan dibantu Monty Tiwa di sutradara 2, film ini secara keseluruhan bisa dibilang terlalu biasa sekali. Tidak ada yang spesial yang dapat lo temukan di sepanjang film ini. Sorry bukan bermaksud apa-apa, tapi kalau dilihat dari pengalaman seorang penulis ternama Cassandra Massardi sangatlah sungguh disayangkan. Belum lagi dibangku editor Cesa David yang pernah meraih Penghargaan di ajang FFB di filmnya Brownies. Sungguh sangat diluar ekspetasi jika dilihat berbagai pengalaman-pengalaman dari crew utamanya di film Purple Love ini.
Cerita yang diberikan Cassandra memang bukan tentang perjalanan personil Band Ungu, akan tetapi tentang bagaimana kisah percintaan dari personilnya yaitu Pasha dan Onci lebih diceritakan di film ini. Kalau cerita seperti itu sebenarnya bagus untuk kalangan remaja, dan apalagi band Ungu begitu banyak penggemarnya saat ini di Indonesia. Akan tetapi yang menyebabkan gue mengerutkan dahi yaitu dialog yang disajikan antar pemain kenapa begitu baku seperti layaknya belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar. Alangkah lebih baik dibuat senatural mungkin saja dialognya karena terlihat sangat berpengaruh pada diri Pasha dan Nirina Zubir sendiri sangatlah kaku dan tidak senatural mungkin mereka berakting. Scoring dari Tya Subiakto di film ini bisa dibilang bagus karena ada perubahan mixing dari lagu-lagu Ungu serta adanya scoring dengan suasana yang tepat. Dari bidang editing, gue sangat terganggu di film Purple Love. Gue melihat seperti adanya pemotongan yang kasar di pergantian satu scene dengan scene lainnya. Mungkin gue tidak akan menjelaskan lebih dalam apa saja editan yang kasar itu, alangkah lebih baik lo semua aja yang menyaksikan sendiri film Purple Love bagaimana hasilnya.
Dari jajaran para pemain sendiri, bisa dibilang gue agak sedikit kecewa. Sorry to say buat para cliqers diluar sana, gue melihat anggota Personil Ungu ternyata belum maksimal di film Purple Love. Pasha terlihat kaku dan terbebani menjalankan perannya di film ini, entah apa karena dia tidak memegang mic jadi terkesan hambar? Personil lainnya pun serupa dengan Pasha. Walaupun Onci sudah terlihat lugu, bloon, dan lucu sekalipun tetap terlihat hambar atau #krik ekspresi yang ditampilkan. Begitu pula dengan gadis yang sudah tidak gadis lagi ini, Nirina Zubir, yang terlihat begitu terlalu memaksakan peran yang diambilnya. Gue lebih enjoy melihat ekspresi dan penjiwaan Nirina di Get Married 1-2. Gue berharap dengan status dirinya yang sudah tidak gadis lagi alangkah lebih memilih peran yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi, yang menarik dari film Purple Love adalah Kirana Larasati. Salut adalah kata yang pantas gue ucapkan kepada Kirana karena dia ternyata berhasil membawakan peran sebagai cewek lugu dan agresif di film ini. Walaupun terkadang ada beberapa scene yang ngeselin dan menunjukkan dirinya seperti memiliki penyakit kelainan di film ini akan tetapi tidak diceritakan lebih dalam. Akan tetapi dengan vakumnya Kirana selama kurang lebih 3 tahun di belantika perfilman Indonesia dan lebih eksis di dunia sinetron atau FTV, ini merupakan peran Kirana yang “mengejutkan”.
Hmm apalagi Qory sandioriva di Purple Love terlihat datar ekspresinya. Ketika berdialog pun dia seperti tidak mengungkapkan perasaannya. Pemain senior Henidar Amroe disini bisa dibilang sebagai jembatan penghubung dari ending film ini. Ya bisa dibilang peran beliau disini amatlah sangat mendukung sebagai Tantenya Thalita. Gentar bintang cilik dengan segudang iklan disini terlalu datar ekspresi sebagai orang yang menderita penyakit kanker, Dio. Aduh semoga aja sih gue berharap film Indonesia yang akan dating dengan tema penyakit kanker tidak sedatar yang dibawakan Gentar di film ini. Hmm ada lagi pemain yang cukup mencuri perhatian yaitu Djenar Maesa Ayu, sebagai klien dari E.O Heaven milik Pasha dkk. Dia disini berperan sebagai tante girang yang begitu menyukai daun muda. Pembawaan dia disini dengan kucingnya mungkin mengingatkan kita dengan Paris Hilton.
Overall, Purple Love disajikan begitu sangatlah biasa saja karena tidak ada sesuatu yang baru dapat kita temukan di film ini. Akan tetapi jika lo salah satu penggemar band Ungu, Nirina Zubir ya silahkan saja menonton film ini. Apalagi dengan hadirnya beberapa lagu Ungu di sepanjang film ini berlangsung, ya bisa dibilang sekalian ajang karaoke bareng band Ungu di dalam bioskop. Jika lo mengharapkan sesuatu yang lebih dari film Purple Love? Hmm sepertinya itu tidak akan lo temukan di film ini. Selamat menonton. :cheers:
2/5Trailer:
Komentar
Posting Komentar