Rony Danuatmaja adalah seorang pebisnis sukses yang terkenal dimana-mana. Dia memiliki istri yang bernama Siska, 1 anak lelaki bernama Alarik, dan 2 anak perempuannya Ludmilla dan Carissa. Buat Rony, nama keluarga Danuatmaja begitu yang paling berharga dibandingkan apapun. Apapun akan dilakukannya untuk mempertahankan eksistensi nama Danuatmaja, bahkan sampai nyawa balas nyawa pun. Suatu hari, Rony begitu terpukul ketika mengetahui anak sulungnya Alarik ditemukan tewas di kamarnya akibat OverDosis. Setelah kejadian itu, Rony dan sekeluarga memutuskan untuk pergi berlibur ke villa mereka. Setiba disana, teka-teki dibalik sosok misterius yang selalu membuntuti mereka pun menghantui kegiatan mereka selama di villa tersebut.
Tema film ini bisa dibilang tidak umum lagi di Indonesia, gue ketika membaca sinopsis film ini terlintas di pikiran gue kalau film ini mirip dengan Demi Dewi (Wulan Guritno). Miripnya hanya dari tema yaitu nyawa bayar nyawa. Namun tetap film Tebus memiliki perbedaan yang khusus yaitu dari awal film ini begitu menegangkan. Alur yang maju mundur yang begitu lambat membuat film ini seperti bukanlah sebuah film layar lebar. Gue merasa seperti menonton sebuah pertunjukan drama mendayu yang berdurasi 100 menit. Walaupun begitu faktor musik, efek-efek suara lainnya dan alur maju mundur yang lambat membuat film ini begitu menegangkan. Untungnya film ini tidak membuat ngantuk, malahan membuat rasa penasaran penonton hingga akhir film ini.
Tio Pakusadewo disini bermain begitu memukau, dengan sifat yang ambisius dan gengsi yang tinggi mampu menjadi raja di film ini. Chintami yang berperan sebagai ibu dari anak-anak terlihat begitu lembut, namun dibalik kelembutan tersebut juga terdapat sisi kebalikannya. Sheila Marcia disini berperan seperti dirinya sendiri. Walaupun dia sudah memiliki 1 anak, akan tetapi peran sebagai kakak dari Carissa bisa dibilang aman. Menurut gue, tidak ada yang spesial di akting Sheila Marcia disini, gue lebih suka di film dia sebelumnya. Luna? Bisa dibilang akting dia disini hampir sama dengan Sheila, akan tetapi karena porsinya lebih banyak jadi masih dibilang lebih aman.
Kalau Revaldo, gue gak mau komentar banyak, karena menurut gue dia seperti bukan berakting. Bukan bermaksud menghakimi, tapi jika dilihat dari background hidupnya sebagai pemadat, jadi tidak sulit lagi baginya untuk memerankan itu. Namun demikian, Revaldo juga memiliki kekurangan yaitu ketika berakting dia OD. Gue kurang merasakan feel kematiannya, mungkin karena faktor matanya yang yang kurang menyakinkan. Saran gue sih mendingan ditutup dulu aja matanya, daripada jadi kurang greget rasanya. Selain mereka, juga ada Anneke Jody yang berperan sebagai pembantu. Ketika adegan awal dia muncul gue langsung berasumsi kalau perannya terlalu cantik dan mulus untuk seorang pembantu. Namun demikian, ketika berjalannya cerita yang maju mundur, ternyata asumsi gue salah.
Ibu Jajang C Noer, bisa dibilang dari semua film yang diperankan akhir-akhir ini dia selalu mendapatkan porsi sedikit dan berperan sebagai ibu dengan suaranya yang khas tersebut. Untuk akting, gue lebih suka di film Tebus dibandingkan dengan film beliau di awal tahun ini Khalifah (2011) . Selain Tio Pakusadewo, sebenarnya ada peran yang menarik untuk dilihat. Peran tersebut diperankan oleh Dayat. Kalau lo semua ingat acara Idola Cilik, pasti kenal dengan nama tersebut. Disamping suaranya yang lumayan dikalangan anak-anak, ternyata dia punya bakat akting terpendam yang baik. Namun di film ini, dia kurang begitu banyak porsinya, jadi bakat akting yang sebenarnya ada di dalam dirinya bisa lebih lagi diolah agar tidak terkesan lewat saja seperti pemain-pemain lainnya.
Gue disini tidak mau membandingkan hasil karya Muhammad Yusuf sebelumnya (JINX) dengan film Tebus ini karena gue belum nonton JINX. Jadi menurut gue, pengambilan gambar film ini bisa dibilang menarik dan apik. Kalau dari segi scoring, seperti gue sebutkan di awal bahwa alunan musik yang dimainkan disini membawa suasana ketegangan cerita film ini. Nyawa musik yang dibawakan disini ibarat kata bagaikan nyinden dari film-film horror seperti Mati Suri. Menurut gue para pemain sudah bermain sesuai dengan karakternya, namun porsi dan penggalian karakter lebih dalam para pemain belum begitu istimewa. Jadi bisa dibilang, setelah menonton film ini hanya beberapa karakter saja yang masih teringat hingga kalian pulang ke rumah.
Pemain-pemain tambahan lainnya, menurut gue seperti asal comot saja. Karena gue merasa ending film ini begitu mudahnya karena peran-peran tambahan tersebut yang kurang greget penampilannya. Disamping itu, juga ada scene-scene yang seharusnya tidak lama untuk ditampilkan. Selain itu, film ini bisa dibilang minim dialog. Melalui ekspresi, raut muka para pemain, dan alunan musik semuanya itu bisa terjawab semua tanpa dialog yang panjang. Walaupun adanya kekurangan disana-sini, film ini pantas dan layak ditunggu untuk ditonton di bioskop kesayangan anda. Selamat menonton. :cheers:
2,5/5Trailer:
Komentar
Posting Komentar