Review Film Indonesia TARIAN LENGGER MAUT (2021)

Karakter Arini dalam diri seorang Della Dartyan sudah sangat membekas dan melekat begitu dalam untuk penggemar film Love For Sale 1-2. Di tahun 2021, Della kembali dalam layar lebar yang filmnya tayang di Lebaran 2021. Dengan judul Tarian Lengger Maut dan posternya memamerkan Della sedang menari dengan background warna merah. Dari segi poster harus diakui bikin penasaran karakter Della kali ini seperti apa ketika harus adu chemistry dengan Refal Hady. Tarian Lengger Maut bercerita tentang seorang dokter Jati (Refal Hady) yang ditugaskan di sebuah kampung Desa Pagar Alas. Dokter Jati ini memiliki keunikan yaitu mengkoleksi jantung manusia, korban satu demi satu di kampung tersebut mulai berjatuhan. Warga penduduk resah dengan keberadaan dokter Jati dan mereka menyakini kalau Tarian Lengger Maut mampu mengatasi problematika di kampung tersebut. Sukma (Della Dartyan) sang penari Lengger yang baru saja disahkan mengikuti ritual Tarian Lengger demi mendapatkan indang yang dipercaya penduduk setempat dapat melindungi sang Penari Lengger. 

Sebuah karya perdana dari Yongki Ongestu yang sungguh bikin kening mengerut dan bingung sebenarnya mau bercerita tentang apa sih film ini. Sebelum membahas buruknya film ini, ada 2 poin yang menarik dari film Tarian Lengger Maut ini. Tata musiknya cukup mencuri perhatian dengan konsep klasik begitu nyatu dengan pengadegan cerita. Yang terakhir menariknya dari film ini adalah artistik yang cukup niat dimana ada pembuatan panggung dengan kayu-kayu dedaunan dan pencahayaan yang apik untuk menyorot Della Dartyan ketika sedang menari Lengger. Ya harus diakui hanya 2 poin itu saja yang cukup menarik perhatian gue sepanjang menonton film Tarian Lengger Maut. Mari kita bahas keburukan dari film ini, durasi 71 menit rasanya bukanlah alasan jika penulis naskah atau sutradara untuk malas mengembangkan cerita secara baik untuk sebuah film ya. Asli banget ceritanya tidak klimaks dan berkembang dengan baik, penonton dibuat tersedak begitu saja ketika harus rela bayar tiket nonton film ini eh ternyata filmnya sudah kelar saja dengan tanpa penjelasan apapun mengapa Dokter Jati segila itu. Apa dengan flashback masa lalunya dimana sang ibu menjadi korban pembunuhan di depan matanya sendiri dan dilakukan ayah dia lantas menjadi alasan dia menjadi psikopat pengkoleksi jantung manusia begitu saja? Kalau itu jawabannya ya sangat tidak kreatif penulis naskah dan sutradaranya untuk mengembangkan cerita. Selain itu dari sisi make up rambut Dokter Jati, kasih alasan kenapa Refal Hady harus dipakaikan rambut palsu? Tidak test cam atau ngaca dulu kah Refal Hady ketika melihat dirinya begitu aneh dengan rambut palsunya tersebut. Fungsi rambut palsunya pun gak berpengaruh ke sisi psikopatnya sedikit pun. Yang paling gue bingungin sih ketika Dokter Jati melakukan pembelekan ke posisi jantung korban entah kenapa tidak ada kucuran darah yang begitu banyak, padahal si korban masih mengerang kesakitan jika melihat dari ekspresinya. Korbannya Super Hero atau gimana sih? Yang terakhir Della Dartyan kenapa dimanfaatkan begitu baik untuk dijadikan momen kejutan di film ini sih? Come on, Della yang sudah mencuri perhatian sebagai Arini di tahun 2018 dan kabarnya juga film ini shooting di tahun tersebut entah kenapa tidak dikembangkan ceritanya untuk dibuat Della adalah karakter luar biasa di film ini. Pas adegan menari emang bagus dan cantik tapi lantas melupakan kalau Della bisa digali lagi kemampuan aktingnya di Tarian Lengger Maut ini dong. Sebuah film karya perdana yang sangat mengecewakan dan lebih mendekati dari kata BORING. 

Komentar