Review: Honeymoon (2013)

Memiliki anak dari istriadalah dambaan setiap suami, demikian juga dengan seorang istri yang begitu menginginkan seorang anak dari rahim mereka. Namun apa daya jika trauma masa lalu dapat menghambat semuanya tersebut. Kisah yang rumit ini bisa dibilang dialami oleh pasangan yang baru saja menikah, yaitu Farah dan David. Di malam pertama yang seharusnya milik David untuk mendapatkan kehormatan Farah, justru Farah belum siap sampai pada akhirnya David berada di titik kejenuhan. David pun bercerita dengan dua sahabatnya, sahabat pertama bisa dibilang santai karena masih jomblo. Sahabat kedua memiliki masalah yang tidak berbeda jauh dengan David dan menyarankan David untuk mencari wanita lain. Sampai pada akhirnya, David membuka lowongan sekretaris baru di kantornya, yang sampai tahap ditemukan wanita cantik dan seksi menjadi sekretaris David. David pun mulai menjauh, Farah merasakan sesuatu yang tidak beres melanda manisnya bulan-bulan madu mereka saat itu.


Film Honeymoon karya Findo Purwono dengan kekuatan unsur psikologis di dalam cerita romantis komedi. Sebagai orang awam, penulis melihat secara visual dan teori bagaimana teori psikologis tentang Vaginisme diterapkan di sepanjang film ini. Sayangnya konsep visual dan teori yang diberikan film ini terlihat begitu mendikte penonton dan kurang kreatif sehingga jatuhnya membosankan untuk ditonton. Untungnya sosok duet Jaja Miharja dan Meriam Bellina di film ini masih terasa kuat seperti biasanya. Dialog yang ceplas ceplos dapat membuat penonton tergelitik. Tidak lupa juga sosok Lydia Kandou di perfilman saat ini begitu terlihat tetap fresh dengan karakternya sebagai lawan dari Meriam Bellina. Konsep Honeymoon sendiri bisa dibilang bukanlah untuk konsumtif film bioskop, karena yang diberikan film ini jatuhnya untuk konsumtif film televisi. Sangat disayangkan ya kalau film ini hanya sekedar bikin tanpa penggarapan yang maksimal di dalamnya. :Salam JoXa:

1,5/5

Trailer:


Komentar