Keumala.... Seorang gadis yang memiliki hobi menulis dan mensketsa gambar iu iada hentinya untuk melampiaskan kreatifitasnya. Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk berangkat ke Sabang untuk mendapatkan inspirasi baru melalui karya-karyanya tersebut. Di perjalanannya tersebut, dirinya bertemu dengan seorang fotografer jutek, Langi, yang menurut Keumala mengganggu pencarian inspirasinya di kapal tersebut. Argumen satu sama lain tentang Senja menjadi topik perdebatan mereka di kapal tersebut. Di kapal tersebut juga ada gadis cilik yang usil yang sedang mencari ibunya setelah pasca musibah tsunami. Sampai suatu hari Keumala di diagnosa penyakit yang dapat menyebabkan dirinya kebutaan.
Film Indonesia yang mengambil setting lokasi shooting di satu daerah nampaknya tidak begitu banyak. Sebut saja Lost In Papua, Denias (Papua), The Mirror Never Lies (Wakatobi), Laskar Pelangi (Bangka Belitung), dan lain-lain yang lupa saya sebutkan (halah). Kali ini giliran kota Sabang menjadi tempa lokasi shooting film indonesia terbaru yang berjudul Keumala. Dengan mengambil seting lokasi disana saja bisa dibilang film pertama yang mengambil lokasinya. Bagi yang belum pernah kesana pun jadi sebagai bahan referensi tersendiri sebagai perencanaan travel selanjutnya di suatu hari nanti. Yap bisa dibilang lokasi film ini begitu indah dan terlihat masih perawan karena masih bersih kelihatannya.
Sutradara film Keumala sendiri, Andhy Pulung, adalah seorang yang berpengalaman di bidang penata gambar. Setidaknya sekitar 25-30 film telah dikerjakan beliau sebgai ahli penata gambar dan termasuk juga di film Keumala sendiri. Pengambilan gambar yang dilakukan beliau memang tidak seapik yang dilakukan Jose Poernomo atau Nayato tapi setidaknya Andhy bisa memberikan rasa nyaman tersendiri bagi penonton yang melihat film Keumala nantinya di bioskop. Cara penyutradaraan beliau nampaknya juga cukup unik karena beliau di beberapa adegan melakukan penyutradaraan dari gerak-gerik anggota tubuh para pemain saja untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Walaupun penyutradaraan yang dilakukan Andhy cukup unik tapi sayangnya beliau melupakan sisi dari bagaimana membuat penonton bisa mengerti akan debut filmnya kali ini. Banyak beberapa bagian yang terlihat sekali ingin memberikan petunjuk terhadap apa yang terjadi di film ini namun gagal bagaimana penceritaan yang diberikan beliau kepada film ini. Editing bisa dibilang juga sebagai kendala dari film ini. Kalau memang Dirmawan Hatta sebagai penulis film ini ingin menyajikan cerita dari unsur keindahan alam Sabang saja ya sangat disayangkan kalau beliau memberikan unsur drama yang begiu pilu di film ini. Peristiwa yang menimpa Keumala nampaknya bukanlah hal yang asing lagi bagi dunia perfilman indonesia saat ini. Sebgai penulis yang pernah menulis skenario film May, King dan The Mirror Never Lies nampaknya beliau agak turun sedikit kualitasnya di film ini.
Kalau dari segi teknis kedokteran nampaknya gue tidak bisa banyak berkomentar ya karena kurang begitu paham lebih detilnya. Tapi gue merasa ada sesuatu yang cepat begitu saja yang dialami Keumala di film ini. Walaupun akting dari Nadia Vega sendiri terliha cukup menyakinkan sebagai orang yang kurang penglihatannya tapi darimana itu penyakit berasal tiba-tiba muncul begitu saja. Dialog yang begitu puitis setidaknya tidak memberikan aksen lebai atau berlebihan kok. Setidaknya juga gaya bicara Nadia Vega di film ini cukup menjiwai untuk mengucapkan kata demi kata yang setiap keluar dari mulutnya tersebut. Lawan mainnya, Abimana, disini nampaknya agak sedikit keluar dari aksen peran di 2 filmnya sudah tayang terlebih dahulu. Kesan jutek dan egois nampaknya cukup baik dibawakan Abi di filmnya kali ini.
Film Indonesia yang mengambil setting lokasi shooting di satu daerah nampaknya tidak begitu banyak. Sebut saja Lost In Papua, Denias (Papua), The Mirror Never Lies (Wakatobi), Laskar Pelangi (Bangka Belitung), dan lain-lain yang lupa saya sebutkan (halah). Kali ini giliran kota Sabang menjadi tempa lokasi shooting film indonesia terbaru yang berjudul Keumala. Dengan mengambil seting lokasi disana saja bisa dibilang film pertama yang mengambil lokasinya. Bagi yang belum pernah kesana pun jadi sebagai bahan referensi tersendiri sebagai perencanaan travel selanjutnya di suatu hari nanti. Yap bisa dibilang lokasi film ini begitu indah dan terlihat masih perawan karena masih bersih kelihatannya.
Sutradara film Keumala sendiri, Andhy Pulung, adalah seorang yang berpengalaman di bidang penata gambar. Setidaknya sekitar 25-30 film telah dikerjakan beliau sebgai ahli penata gambar dan termasuk juga di film Keumala sendiri. Pengambilan gambar yang dilakukan beliau memang tidak seapik yang dilakukan Jose Poernomo atau Nayato tapi setidaknya Andhy bisa memberikan rasa nyaman tersendiri bagi penonton yang melihat film Keumala nantinya di bioskop. Cara penyutradaraan beliau nampaknya juga cukup unik karena beliau di beberapa adegan melakukan penyutradaraan dari gerak-gerik anggota tubuh para pemain saja untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Walaupun penyutradaraan yang dilakukan Andhy cukup unik tapi sayangnya beliau melupakan sisi dari bagaimana membuat penonton bisa mengerti akan debut filmnya kali ini. Banyak beberapa bagian yang terlihat sekali ingin memberikan petunjuk terhadap apa yang terjadi di film ini namun gagal bagaimana penceritaan yang diberikan beliau kepada film ini. Editing bisa dibilang juga sebagai kendala dari film ini. Kalau memang Dirmawan Hatta sebagai penulis film ini ingin menyajikan cerita dari unsur keindahan alam Sabang saja ya sangat disayangkan kalau beliau memberikan unsur drama yang begiu pilu di film ini. Peristiwa yang menimpa Keumala nampaknya bukanlah hal yang asing lagi bagi dunia perfilman indonesia saat ini. Sebgai penulis yang pernah menulis skenario film May, King dan The Mirror Never Lies nampaknya beliau agak turun sedikit kualitasnya di film ini.
Kalau dari segi teknis kedokteran nampaknya gue tidak bisa banyak berkomentar ya karena kurang begitu paham lebih detilnya. Tapi gue merasa ada sesuatu yang cepat begitu saja yang dialami Keumala di film ini. Walaupun akting dari Nadia Vega sendiri terliha cukup menyakinkan sebagai orang yang kurang penglihatannya tapi darimana itu penyakit berasal tiba-tiba muncul begitu saja. Dialog yang begitu puitis setidaknya tidak memberikan aksen lebai atau berlebihan kok. Setidaknya juga gaya bicara Nadia Vega di film ini cukup menjiwai untuk mengucapkan kata demi kata yang setiap keluar dari mulutnya tersebut. Lawan mainnya, Abimana, disini nampaknya agak sedikit keluar dari aksen peran di 2 filmnya sudah tayang terlebih dahulu. Kesan jutek dan egois nampaknya cukup baik dibawakan Abi di filmnya kali ini.
Sebagai aktris pendatang baru Shilla Vaqa Ismi, cukup bisa juga melakukan akting dengan baik di film pertamanya. Selain itu juga ada aktris senior Cut Yanti yang bermain di film Keumala. Tata musik dari film ini cukup menyelamatkan suasana dari film ini yang tergolong lambat. Walaupun memiliki banyak kekurangan disana-sini tapi Keumala sebenarnya memberikan aksen film yang unik secara keseluruhan. Walaupun sisi sinematografi yang baik tapi tidak memberikan kepuasan tersendiri dari sisi ceritanya yang tergolong ngambang dan lambat alurnya. Tapi jika kalian ingin melihat sisi indahnya Sabang yang begitu perawan di film ini, nampaknya sangat disarankan untuk menonton film ini di bioskop kesayangan anda mulai 1 Maret 2012! :Salam JoXa:
2/5
Trailer:
Komentar
Posting Komentar