Keke atau Gita seorang remaja yang cerdas, penuh cita-cita, punya teman yang cukup banyak di sekolahnya. Prestasi demi prestasi di sekolah telah didapatkan dirinya. Namun demikian, kemulusan prestasi yang dirinya peroleh tidak semulus keharmonisan keluarganya. Kedua orang tuanya telah berpisah, dan kini dia tinggal bersama ayah dan kedua abangnya tanpa sosok seorang ibu. Suatu hari, Keke mengalami batuk-batuk hingga mengeluarkan darah. Dia awalnya biasa saja, akan tetapi ternyata efek dari batuk berdarah tersebut dirinya harus mengalami gangguan pada bagian matanya. Akhirnya, dia dibawa oleh ayahnya untuk memeriksa keadaannya. Sang ayah yang telah mengetahui penyakit anaknya itu, merahasiakan dahulu apa penyakit Kanker kepada Keke. Keke pun harus menderita untuk menghadapi perubahan demi perubahan yang dia alami karena penyakitnya itu yang berawal dari sakit mata. Dengan dukungan dari 6 sahabat karibnya serta pacar yang begitu menyayanginya, Andy, dia mau berjuang untuk melawan rasa sakit dari penyakitnya itu. Kanker yang diderita Keke ternyata tergolong langka bahkan Keke lah orang yang pertama menderita penyakit kanker Rhabdomyosarcoma (Kanker Jaringan Lunak) tersebut. Dengan perjuangan kemoterapi yang Keke lakukan, akhirnya kanker tersebut bisa sembuh juga.
Namun ternyata sel kanker tersebut hanya menghilang sementara saja, karena 1 tahun kemudian kanker yang dhinggapi Keke mulai menjalar dan bereaksi dengan cepat. Respon negative dari kemotrapi dan obat-obat yang diberikan dokter pun terjadi. Sehelai demi sehelai rambut Keke pun habis karena kuatnya virus kanker tersebut hingga pada akhirnya kematianlah yang akan menjemput ajalnya.
Surat Kecil Untuk Tuhan sebuah cerita dari novel dan kisah nyata ini sudah didengar bakal dibuat sebuah film di tahun ini sejak pertengahan tahun 2010 silam. Sebuah kisah nyata dari seorang gadis yang bernama Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke yang mengalami penyakit kanker Rhabdomyosarcoma (Kanker Jaringan Lunak). Kalau boleh jujur, gue pribadi belum membaca isi novel tersebut. Mungkin ini bisa dijadikan suatu keberuntungan bagi gue, karena ketika mereview film ini gue tidak akan membandingkan kembali dengan isi novelnya. Daripada penasaran, simak curhatan josep berikut ini.
Okei karena gue belum membaca novel tersebut, jadi secara keseluruhan Surat Kecil Untuk Tuhan cukup bisa dinikmati dengan baik. Mari bahas satu per satu. Dari segi cerita, film ini bisa terlihat dengan jelas mau menceritakan bagaimana seorang Keke yang nota bene pernah mengalami Kanker. Dia berjuang untuk bisa tetap ingin hidup. Tidak lupa juga dengan dukungan dari sahabat-sahabat dan kekasihnya tersebut. Belum lagi masalah keluarga yang harus dia alami sebagai keluarga broken home. Dari segi cerita, film ini cukup baiklah. Akan tetapi sayangnya, penyampaian bagaimana suasana sedih, canda, haru, dan tawa dari film ini terlihat tidak senatural mungkin. Sebagai contoh, sahabat-sahabatnya yang menangis seperti orang yang sedang koor dengan adanya seorang pemimpin untuk menangis terlebih dahulu. Kalau memang kalian sahabat pastinya kalian bisa langsung spontan mengekspresikannya, bukan menunggu 1 orang baru semua paduan suara menangis. Adegan-adegan tersebut bisa dibilang cukup sangat mengganggu!
Kalau dari segi para pemain, bisa dibilang tergolong aman. Terutama Dinda Hauw yang notabene sebagai debut awalnya di film ini. Dengan pengorbanan dirinya memplontoskan rambutnya, perubahan muka yang buruk rupa, dan penjiwaan untuk berperan sebagai kisah nyata bisa dibilang cukup berhasil dibawakannya. Esa Sigit sebagai pacar Keke juga bisa dibilang bermain aman di film ini. Karakter ayah dari seorang Alex Komang bukanlah hal yang baru lagi sepertinya, namun yang disayangkan disini, dirinya terlihat kaku atau “skak mat” ketika lawan mainnya Ranty Purnamasari sebagai Ibu Keke yang begitu meluap-luap. Egi John Foreisythe juga bisa dibilang tergolong aman bermain disini, bagaimana seorang kakak yang juga merasakan hancurnya keluarga, dengan mencari hiburan balapan mobil di luar rumah. Dwi Andhika disini bisa dibilang cukup membingungkan saya, karena di awal adegan ketika dis ekolah dia terlihat sekali menggunakan kacamata hitam dan seperti orang buta. Eh taunya itu cuma properti belaka dan tidak menceritakan selanjutnya apakah dirinya seorang yang gaul. Lain kali penentuan properti yang akan digunakan sebaiknya dipikirkan dengan baik hingga akhir film.
Alur yang dihadirkan film ini tergolong membosankan dan datar sekali. Walaupun adanya emosi-emosi yang dihadirkan film ini, akan tetapi tidak berhasil membuat saya menikmati film ini hingga akhir. Kalau boleh jujur, gue secara pribadi penasaran dengan nama penyakit yang diderita Keke dan akhir cerita film ini, ya walaupun sudah tahu bakalan sad ending karena berdasarkan kisah nyata. Namun demikian, yang patut diancungi jempol dari film ini adalah efek make-up yang dialami muka Keke yang begitu cukup keren dan terlihat meyakinkan sekali. Selain itu, sinematografi yang dihasilkan cukup nyaman untuk dinikmati mata. Kalau saja, kekurangan-kekurangan dari film ini yang tadi saya sampaikan bisa diperbaiki, pastilah film ini akan menjadi suatu tontonan yang layak untuk dinikmati semua kalangan. Maksud dari semua kalangan ini bukan hanya dari segi usia saja, melainkan dari semua kalangan penikmat genre film. Karena belum tentu penikmat drama cengeng suka dengan film ini, apalagi yang bukan penikmat drama cengeng, ya selamat tersiksa selama kurang lebih 110 menit di dalam studio. Saksikan di bioskop kesayangan anda mulai 7 Juli 2011 ! Selamat menonton. :cheers:
3/5Trailer:
dia pakai kacamata waktu itu karna sakit mata (andhika)
BalasHapus@Bebby dѐ Cherla o iya baru inget saya ada dialog mau ke dokter mata yes? Okei thx buat infonya :)
BalasHapus