Beastly (2011)

Can you imagine that love?

Kyle adalah mahasiswa cukup tampan dan terkenal di kampusnya. Popularitas dan ketampanannya membuat dirinya menjadi calon Ketua Komite Go Green di kampusnya. Namun demikian, yang cukup disayangkan dari diri Kyle adalah sifat angkuhnya itu. Dia selalu menghina setiap orang yang memiliki rupa yang buruk. Salah satunya kepada Kendra, yang nota bene ternyata seorang penyihir. Kendra sudah memperingatkan Kyle untuk tidak menghina orang yang memiliki buruk rupanya. Akan tetapi, peringatan itu sepertinya diacuhkan Kyle hingga akhirnya dia dikutuk oleh Kendra menjadi seorang yang buruk rupa dengan adanya akar-akar pohon menghiasi kepala hingga tubuhnya. Kendra tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memberikan saran kalau Kyle mau hilang kutukan tersebut, dirinya harus mendapatkan cinta dari seorang wanita dalam waktu 1 tahun ini.

Jujur, sebelum menonton film ini gue sebenarnya sudah ragu dan sudah mendapatkan antisipasi dari teman movie blogger kalau film ini tidak menarik untuk ditonton di bioskop dan dia menganjurkan untuk menonton via DVD saja. Akan tetapi, karena gue orangnya penasaran dengan trailernya yang terlihat cukup menjanjikan, dan pada akhirnya pun memutuskan gue untuk menonton di bioskop. Lalu bagaimanakah hasilnya? Yak ternyata teman movie blogger saya itu benar, karena saya nyaris tertidur pulas karena cerita yang dihadirkan sangatlah membosankan. Bahkan bisa dibilang lebih buruk dari kisah Si cantik dan si buruk rupa yang pernah didongengin ke saya sewaktu kecil dahulu. Untuk lebih jelasnya simak curhatan josep berikut ini.

Love Is Never Ugly

Cerita beastly yang diadaptasi dari novel Alex Flinn oleh sutradara dan sekaligus penulis skenario film ini Daniel Barnz, terlihat sangatlah menjemukan. Gue kalau boleh jujur belum baca novelnya jadi kayaknya agak tabu kalau membandingkan lebih lanjut film ini dengan novel tersebut. Jadi, film ini bisa dibilang sebuah film drama romantis yang sangatlah membosankan hingga pertengahan tahun 2011 ini. Yang membuat bosannya film ini adalah dari pertengahan film hingga akhir film ini yang terlihat amatlah lambat alurnya. Durasi film yang seharusnya 86 menit saja jadi terasa 2 jam tersiksa di dalam bioskop. Akan tetapi, untungnya ada beberapa yang membuat gue bertahan hingga credit title ini muncul. Diantaranya, scoring film yang catchy untuk didengar, Vannesa Hudgens, Mary Kate-Olsen dan Neil Pattrick Harris.

Alex Pettyfer sebagai aktor utama di film ini kembali mengecewakan saya di film keduanya di tahun 2011 ini setelah I Am Number Four. Walaupun ada kenaikan sedikit dalam hal berakting, akan tetapi tetap saja saya kecewa karena dia hanya bermodalkan perut sixpack tanpa kualitas akting yang prima. Vannesa Hudgens kalau menurut gue sebenarnya aman-aman saja bermain di sini, yang cukup disayangkan adalah dia berakting untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan adanya penonton yang menyaksikan dirinya. Mary Kate Olson dengan riasan make up yang ciamik mampu mencuri perhatian gue disini. Akan tetapi penampilan dirinya amatlah sedikit, jadi gue pun kecewa. Yang terakhir adalah Neil Pattrick Harris yang berperan sebagai gurunya Kyle yang memiliki kekurangan di penglihatannya. Dia disini sebenarnya lebih baik kualitas aktingnya dibandingkan semua pemain, tapi kok terlihat asyik sendiri saja ya.

Selain itu, sinematografi yang dari film ini terlihat amatlah buruk sekali!. Tidak adanya unsur keindahan dari tipe film drama romantis ini. Kalau boleh jujur ya, gue lebih suka sinematografi film Indonesia seperti Eiffel I’m In Love dibandingkan film Beastly. Untungnya dari keburukan-keburukan film ini, ditutupi oleh hadirnya scoring yang catchy di untuk didengar. Gue cuma saran saja ya, lebih baik mengurungkan niat kalian untuk menonton film ini di bioskop. Lebih baik menunggu film drama romantis lainnya yang lebih baik dari Beastly. Akan tetapi, jikalau kalian penggemar Alex Pattyfer dan Vannesa Hudgens, ya silahkan saja untuk menonton film ini. Selamat menonton. :cheers:

2/5

Trailer:

Komentar