Review Film Surga yang Tak Dirindukan 2: film boros waktu dan tempat.

Setelah menjadi film dengan penonton terbanyak di Tahun 2015, kelanjutan cerita Pras, Arini dan Meiros berlanjut kembali. Kali ini cerita diawali dengan keberangkatan Arini ke Budapest untuk bekerja. Tidak disangka, Arini bertemu dengan Meiros yang sudah lama tidak berjumpa (di film diceritakan terakhir bertemu ketika Meiros menjemput Akbar di rumah Arini). Di Budapest Arini mendadak drop kesehatannya hingga dicek bahwa penyakit lamanya (gue lupa apakah di Surga yang Tak Dirindukan 1 dikasih tau penyakit Arini) kembali kambuh. Drama pun dimulai.

Kelanjutan cerita Surga yang Tak Dirindukan sebenarnya ada pentingnya namun terlihat lokasi yang mengharuskan ke Budapest dengan drama penyakit yang menghidap Arini, nampaknya menjadi sebuah film mubazir yang hanya menghumbar uang saja. Terdengar dengan jelas kok, dokter Syarief yang merupakan dokter yang berada di Budapest bisa bahasa Indonesia dengan jelas. Ngapain coba jauh-jauh shooting di Budapest.

Kehadiran Reza Rahadian nampaknya seperti malaikat penyelamat film ini, chemistry yang dibangun antara Reza dan Raline Shah di film Surga yang Tak Dirindukan 2 terlihat bagus. Adegan Raline dengan Fedi Nuril juga tidak kalah bagus ketika Fedi kelaparan malam hari. Pemain pendukung terlihat biasa bahkan kehadiran mereka semakin memperkuat bahwa film ini mengambil lokasi di Budapest dari keuntungan di film sebelumnya. Jalan-jalan sambil kerja alias shooting. #wtfmoment

Akhir cerita dari film ini cukup sensasional. Sudah jauh-jauh ke Budapest akhirnya pun seperti tidak menghargai namanya proses. Sebuah film yang boros tempat dan waktu selama 122 menit sehingga mengorbankan namanya proses kehidupan.

1,5/5

Komentar