Review: 5 cm (2012)

Apa jadinya jika sebuah persahabatan yang terjalin sudah lama merasakan titik kebosanan? Itulah yang dirasakan Genta, Zafran, Riani, Ian dan Arial. Kelima sahabat ini mengalami titik kebosanan dalam persahabatan mereka. Sampai pada akhirnya Genta mengajukan ide untuk tidak berkomunikasi satu sama lain selama 3 bulan dan mendekati hari H nanti akan dikabari melalui pesan oleh Genta. Rencana Genta kali ini akan membawa sahabat-sahabatnya ke suatu tempat yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup mereka. Petualangan kelima sahabat ini pun dimulai.

Terhitung sudah 10 film di tahun 2012 yang berdasarkan novel terlaris di toko buku. Sekarang giliran Novel 5 Cm yang mempertaruhkan kelarisan novelnya di toko buku dengan versi layar lebarnya di bioskop. Apakah selaris novelnya? Menurut data yang diterima, jumlah penonton 5 Cm di awal penayangannya saja sudah 100 ribu penonton dengan kapasitas 78 layar. Sungguh menakjubkan untuk sebuah film Indonesia di tahun 2012 yang sangat miris sekali jumlah penontonnya. Lebih menakjubkan lagi jumlah layar di hari kedua semakin bertambah dengan sekitar 110an layar dan itu merupakan jumlah bioskop terbanyak sepanjang perfilman Indonesia. Bahkan sampai hari kelima film 5 Cm berhasil meraih 500ribuan penonton dan membuat film ini berhasil menduduki posisi 5 besar penonton terbanyak film Indonesia di tahun ini.

Prestasi film 5 cm pun tidak berhenti dengan 500ribuan dimana 210 layar bioskop. Sampai penayangan hari ke 10 pun film ini berhasil meraih menonton 1,4 juta penonton dan itu sudah otomatis membuat film ini menjadi penonton film Indonesia kedua terbanyak tahun ini. Sampai hari ke tiga belas pun film 5 Cm masih bertahan dengan 48 layar HANYA di JAKARTA saja. Dan itu beberapa bioskop ada yang sampai menayangkan 2 studio hanya untuk film 5 Cm. Sebuah prestasi yang patut dibanggakan di sejarah perfilman Indonesia. Lalu apakah filmnya memiliki nilai penting secara keseluruhan seperti jumlah penonton yang telah berhasil meraih 1,4 juta penonton?


Untuk dari segi cerita, film 5 Cm banyak keganjalan. Disini penulis mencoba netral dan jujur setelah menonton film ini. Dari tingkat menghibur, film 5 Cm memang kategori yang menghibur. Dimana penonton akan disajikan akting Pevita Pearce yang kelewatan lugu dan polosnya ketika menghadapi seorang cowok yang begitu semangat untuk meraih cintanya. Belum lagi kehadiran Igor yang dengan tubuh gempalnya berhasil menghibur penonton dengan kedukaan dirinya yang belum lulus kuliah juga. Dari sisi memanjakan mata, 2 wanita cantik Raline Shah, mantan finalis Puteri Indonesia 2010, bersama Pevita Pearce nampaknya berhasil memikat penonton pria sepanjang film. Bahkan kecantikan mereka tetap terjaga sampai naik gunung yang konon kabarnya tertinggi itu.

Latar belakang keenam pemain yang melakukan naik gunung di film 5 Cm bisa dibilang tidak ada yang memiliki berpengalaman. Terbukti sih pengambilan gambar ketika mereka melakukan naik gunung tidak long shoot kamera, dan kelihatan sekali bermain "aman", terutama kepada 2 pemain cantik yang ada di film ini. Yakali naik gunung tertinggi rambut tetap indah, debu yang ada dimuka seperti make-up, dan tak ada satupun matanya yang merah karena debu menimpa mereka. Apa mereka mengantongi obat tetes mata, jadi di setiap mata perih menyempatkan diri untuk tetesin ke mata gitu? Selain jiwa puitis yang harusnya dimiliki hanya 1 tokoh, entah kenapa semuanya jadi ketularan? Apa jiwa puitis itu seperti virus yang bisa menyebar begitu cepat sehingga orang lain jago puitis seperti dirinya?

Selain jiwa puitis, cerita 5 cm gak jelas arahnya. Kenapa gak jelas? Sebenarnya film 5 Cm mau mengedepankan apa? Persahabatan kah? Atau sisi Nasionalisme? Andai saja sisi Nasionalisme tersebut diubah sedikit dan tidak berpatokan pada novel, pasti akan jauh lebih menarik film ini. Terlihat adegan Nasionalismenya seperti dibuat-buat. Dari sisi sinematografi, film ini terlihat menakjubkan ketika sudah diatas puncak tertinggi. Artistik film ini terlihat niat sekali, walaupun di dunia sebenarnya tidak mungkinlah ada tempat nongkrong yang senyaman di film ini. Selain itu film 5 Cm memiliki kekuatan di scoring, walaupun penempatannya ada beberapa yang tidak pas dan terlalu keras. Kalau saja dibuat lebih akustik oleh Nidji pasti akan lebih enak didengar. Akan tetapi kekuatan lirik dari Nidji begitu menyatu dengan filmnya. Akhir kata, selamat kepada Rizal Mantovani yang telah membuat daya tarik penonton film Indonesia ke bioskop. Semoga Rizal tetap konsisiten membuat film yang benar-benar niat. :Salam JoXa:

8/10

Trailer:

Komentar