Review Film Ku Lari Ke Pantai (2018)

Setelah di lebaran tahun ini tidak ada film anak-anak, akhirnya ada juga film anak-anak di 2 minggu setelah lebaran. Mira Lesmana dengan Riri Riza membuat sebuah film anak-anak dengan judul Ku Lari Ke Pantai. Film yang dibintangi oleh kedua tokoh utama cilik yang baru saja terjun di dunia perfilman Indonesia, yaitu Maisha Kanna dan Lil’li Latisha. Kedua pemain utama cilik tersebut harus beradu akting dengan aktor-aktor senior di film ini, sebut saja Marsha Timothy, Ibnu Jamil, Lukman Sardi, Karina Suwandi dan lainnya. Bagaimana dengan cerita dari Ku Lari Ke Pantai? Apakah sesuai dengan warna posternya yang ceria dan ke sisi anak-anak?


Film Ku Lari Ke Pantai memiliki cerita yang sederhana, namun dibalik kesederhanaan tersebut terdapat banyak masalah yang berujung tidak klimaks. Bahkan si pembuat cerita dari film terlihat hanya jualan saja dengan deretan sponsor yang terlalu iklan di sepanjang film ini. Memang sih semua produk yang diekspos atau diperjelas secara detail dari setiap adegan yang dilakoni para pemain barang-barang kekinian dan relate dengan kehidupan saat ini. Tapi apakah lantas harus dipaksakan agar masuk untuk mendapatkan sejumlah dana? Bahkan di beberapa adegan ada yang terlihat maksa sekali untuk mengisi kekosongan adegan ajdi masuklah adegan iklan gak penting. Poin plus dari film ini selain musiknya kece-kece untuk didengar, juga akting para pemain yang oke.

Agak cukup disayangkan sih ya film dibalik seorang sineas yang sangat berdedikasi untuk perfilman Indonesia, mau membuat film yang jatuhnya terlalu jualan banyak produk daripada cerita yang kuat. Kekuatan sisi untuk menjadikan film ini sebuah film anak-anak yang enak untuk dinikmati nampaknya harus berpikir dua kali. Walaupun karakter dari kedua tokoh utama di film ini memang seperti kehidupan saat ini yaitu selalu bercakap-cakap dengan bahasa Inggris dan terkadang mencampuradukkan kedua bahasa. Ya akhir kata, film Ku lari Ke Pantai hanyalah sebuah road movie alias film jalan-jalan yang ingin memberitahu ke penonton kalau Indonesia punya tempat asik dan keren, namun sayangnya film ini terlalu asik jualan terhadap produk daripada sisi ceritanya.


 3/5

Trailer:

Komentar