Review: MURSALA (2013)


Setelah lama merantau untuk menempuh pendidikan dan mendapatkan pekerjaan layak di Jakarta,  Anggiat Simbolon akhirnya pulang ke kampung asalnya, Pulau Mursala. Kepulangan Anggiat tersebut untuk menghadiri pesta pernikahan adiknya dan sekaligus berjumpa dengan sanak keluarga lainnya. Anggiat pun memperkenalkan Clarissa Saragih kepada ibuny untuk meminta doa restu atas pilihannya tersebut. Secara fisik dan etika, Clarisssa tidak masalah buat ibu dan keluarga Anggiat. Yang dipermasalahkan yaitu boru Clarissa ternyata ada hubungan dekat dengan keluarga Anggiat atau yang disebut di adat Batak yaitu Parna. Ibu Anggiat pun menyarankan Anggiat untuk memilih Taruli Sinaga, teman kecilnya yang sekaligus paribannya. Anggiat pun berontak dan tidak terima dengan peraturan adat Batak seperti ini.


Mursala, film dengan tema ada istiadat suku Batak yang memberikan cerita cukup informatif bagi kaum awam yang menonton film ini dan juga tampil dengan drama yang tidak seperti sinetron. Cerita Mursala sebenarnya sudah menarik tapi sayangnya semuanya tersebut harus pudar ketika gambar yang seharusnya menjadi modal pegangan kuat film yang notabene berhubungan dengan sebuah objek wisata, memberikan gambar yang jelek ala program televisi di tahun 90an. Keindahan alam bawah laut ataupun Pulau Mursala sendiri tidak akan dapat dirasakan penonton dengan sempurna. Dialog bodoh yang mengatasnamakan placement iklan pun terjadi di film ini. Amat sangat sungguh disayangkan untuk seorang Viva Westi yang sepertinya menurun tingkat dari segi kualitas yang notabene film sebelumnya RAYYA tampil begitu indah dan menarik di sepanjang film. :Salam JoXa:

2/5

Trailer:




Komentar