Review: Love Is Brondong (2012)

Farhan, Momon, Alfin dan Juned empat pria yang dikenal dengan brondong. Mereka berempat tinggal bersama di satu kontrakan.
Momon brondong yang selalu merasa dirinya tajir dan ganteng di depan setiap wanita terutama Sasha. Alfin brondong metrosexual yang begitu memperhatikan penampilannya. Juned, brondong yang berprofesi sebagai vokalis band. Lain halnya dengan Farhan yang begitu alim dan sangat beragama dibandingkan ketiga temannya itu. Untuk mendapatkan wanita yang diinginkan, mereka begitu susah payah karena kondisi keuangan mereka tidak begitu memungkinkan. Belum lagi disaat bersamaan, mereka harus menolong Sheila, gadis yang ditemui di sebuah cafe, demi cita-citanya membangun sebuah panti asuhan.

Chiska Doppert bisa dibilang sudah mulai menemukan jati dirinya sendiri setelah selama ini dirinya dibayang-bayangi sosok Nayato Palsu. Sampai bulan Maret 2012 bisa dibilang filmnya Chiska itu cukup bervariasi dari horror yang benar-benar, sampai drama romantis remaja. Karya Chiska sendiri yang sudah beredar pun bisa dibilang memang "lepas" dari bayang-bayang Nayato yang dikira selama ini. Sampai pada akhirnya pun dirinya melahirkan film terbaru yang berjudul Love Is Brondong dengan genre komedi. Bagaimana hasil dari "anak" Chiska kali ini?

Love Is Brondong bisa dibilang sebuah film Chiska yang sama sekali tidak punya isi ceritanya. Kenapa? Dari dialog serta jalan cerita sama sekali tidak ada yang menarik. Dari jalan cerita yang tidak jelas arahnya mau dibawa kemana, terus dialog antar pemain pun malah terkesan dipaksakan alias tidak tampil senatural mungkin. Kalau menyalahkan Chiska secara langsung rasanya tidak benar juga ya karena memang cerita yang dibuat Aditya Sugandi dan Djaffar Lesmana ini memang tidak memiliki bobot yang serius untuk membuat satu cerita atau setidaknya ada poin-poin yang enak untuk ditonton pun rasanya tidak ada.

Konflik-konflik yang diberikan film ini pun rasanya cukup labil karena tidak konsisten dengan genre yang sebenarnya ingin dituangkan dari film ini yaitu komedi. Komedinya pun terkesan garing dan penuh kerupuk disana-sini. Deretan pemain pun tidak bisa disalahkan juga sih kalau mereka tampil ya begitu-begitu saja. Ajun Perwira saja yang tampil cukup bagus di film-film sebelumnya, disini malah terlihat tidak alami memainkan karakternya. Humor yang biasa diberikan Zaky Zimah sayang sekali kadarnya diperkecil entah apa alasannya. Bryan McKenzie dan Kiky The Potters pun rasanya tidak begitu terlihat maksimal di filmnya ini. Pemanis dari film ini pun yaitu Tya Restyana dan Joanna Alexandra cuma sekedar lewat begitu saja tanpa ada momen kenangan tersendiri bagi penonton. Agak cukup disayangkan sih jika Chiska tetap konsisten dengan genre komedia seperti di film berikutnya nanti. Semoga film ini genre komedi garing dan tanpa cerita serta rasa bagi seorang Chiska Doppert. ;Salam JoXa:


Trailer:

Komentar