Review: The Iron Lady (2011)

Sosok wanita Margaret Thatcher nampaknya begitu dikenal sampai saat ini. Julukannya sebagai wanita bertangan besi ini nampaknya tidak akan pernah dilupakan, khususnya penduduk Inggris yang dahulu sempat dipimpin oleh dirinya. Di akhir tahun 2011, akhirnya film tentang dirinya pun dirilis juga dengan bintang utama Meryl Streep sebagai Margaret Thatcher. Jika mau mundur sejenak, film berbau biography bisa dibilang katagori yang relative. Kenapa relative? Karena tidak semua penonton dapat menikmati tipe film seperti ini. Terkadang kebosanan yang diberikan sepanjang film bisa menjadi kendala utama. Namun demikian beberapa film bisa dibilang cukup berhasil membawa penonton ke tingkat menghibur salah satunya King’s Speech yang bisa dibilang menarik dan menghibur di sepanjang film.

Sekarang balik lagi ke topik utama yaitu tentang film The Iron Lady sendiri. The Iron Lady menceritakan bagaimana perjuangan ambisi sejak masih muda dari seorang Margaret untuk meraih kedudukan di parlemen. Di jaman waktu itu, perbedaan gender begitu kuat ditegakkan dan ini menjadi penghalang kuat bagi Margaret. Namun itu semua ternyata tidak mematahkan langkah dirinya untuk maju terus meraih ambisinya tersebut. Dibalik keberhasilannya ini pun atas didikan ayahnya, Alfred Robert selama ini kepada dirinya. Sejak kecil dirinya sudah mandiri untuk bertahan hidup. Setelah dirinya mendapatkan apa yang dia mau ternyata itu semua tidak semudah yang dibayangkannya. Berbagai konflik pun harus dihadapi beliau dari berbagai parlemen dan terutama dari keluarganya sendiri.

Secara keseluruhan bisa dibilang The Iron Lady tidaklah begitu menarik dari segi cerita. Akan tetapi berkat akting kepiawaian dari seorang Meryl Streep yang membuat film ini begitu hidup dan bernyawa dari awal sampai akhir. Kalau saja skenario yang dibuat Abi Morgan lebih mendalam lagi tentang kisah Margaret dari sisi kebengisan dirinya sebagai wanita bertangan besi pasti akan jauh lebih menarik. Entah kenapa gue melihat disini malah cenderung lebih banyak menceritakan awal mula dia meraih ambisinya tersebut. Walaupun ada sedikit menariknya dari selipan-selipan tentang kehidupan masa Margaret sesungguhnya pada jaman dulu menjadi terlihat film ini terlihat cukup nyata. Selain itu cerita yang terkadang maju mundur menjadi sisi menarik untuk membuat penonton mikir apa yang sebenarnya terjadi.

Merly Streep nampaknya pantas meraih penghargaan sebagai Aktris Terbaik versi Golden Globe 2012. Disini nyawa dari Margaret terlihat pas sekali dibawakan oleh Meryl. Mimik wajah, gerak-gerik serta gaya bicaranya pokoknya pas dibawakan beliau. Untungnya cara pengambilan gambar dari film ini cukup menarik karena terkadang mengambil gambar bukan dari wajah tokoh utama, terkadang pengambilan gambar juga dari cara berjalan tokoh utama di film ini. Dari situ penonton diajak untuk mengenal lebih dalam bagaimana sosok Margaret sesungguhnya.

Para pemain lainnya pun terlihat sekali tidak ada kesan apa-apa yang terjadi di sepanjang film ini. Walaupun ada interaksi dengan Margaret tapi ya numpang lewat begitu saja. Tidak ada sesuatunya. Agak cukup disayangkan sih kalau mereka cuma sebagai pelengkap dari film ini saja. Karakter suami Margaret pun yang diperankan oleh Jim Broadbent pun nampaknya terkesan datar dan biasa saja. Ilustrasi musik dari Thomas Newman cukup baik penggarapannya untuk membawa kembali suasana pada jaman Margaret dahulu. Suasana kerajaan, kerusuhan dan lain-lain ditampilkan dengan musik yang cukup baik. Sinematografi dan artistik pun dari film ini lumayan baik digarapnya. Sekilas mengingatkan kita ketika menonton film King’s Speech.

Film The Iron Lady arahan sutradara yang pernah membuat film Mamma Mia! dan Macbeth, Phyllida Lloyd, nampaknya bukan hanya tentang kisah Margaret saja yang bisa kita lihat, sosok kerja keras dari beliau lah yang dari nol untuk meraih ambisinya tersebut patutu dicontoh. Disamping ambisi tersebut terkadang membawa unsur negatif tapi setidaknya jiwa semangat yang tinggi serta emansipasi wanita dapat menjadi inspiratif bagi kaum wanita yang menonton film ini. Disini para wanita diajak untuk sadar dan bangkit bahwa tidak selamanya wanita hanya membereskan rumah seperti mencuci piring, menggosok pakaian dan lain-lain, di sisi lain wanita sebenarnya punya jiwa kepimpinan yang baik pula. :Salam JoXa:

2,5/5

Trailer:

Komentar