Review: Arisan! / The Gathering (2003)

Kata Arisan di tahun 2003 rasanya cukup trend karena hampir semua ibu-ibu ataupun suaminya sekalipun melakukan arisan. Di tahun tersebut pun nama arisan sepertinya juga menyebar sampai tingkat pelajar, terbukti gue masih ingat dahulu ketika masa SMP melakukan arisan kecil-kecilan bersama teman-teman. Dan kini Nia Dinata bersama Joko Anwar bekerja sama untuk membuat film tentang Arisan. Bisa dibilang film ini lebih menuju ke arah metropolitan yang didalamnya ada arisan. Pergaulan, hidup penuh dengan hedonisme, hubungan terlarang, bahkan sampai adanya perselingkuhan di sebuah rumah tangga.

Film Arisan menceritakan tentang kehidupan metropolitan Jakarta yang dimana, tinggallah Mei-mei, Andien, dan Sakti. Mereka adalah ketiga sahabat yang sejak SMU dan kini sudah mulai berpisah-pisah karena kesibukan masing-masing. Mei-mei yang memiliki suami penggila hawa nafsu sex semata, Ical. Lain halnya dengan Andien yang begitu beruntung mendapatkan suami yang kaya raya dan kini dibuahi oleh dua anak kembar. Lain pula lagi halnya dengan Sakti yang berasal dari keturunan Batak merasakan dirinya gay dan mengharuskan dirinya bolak balik ke psikiater untuk menyembuhkan masalahnya tersebut. Kehidupan persahabatan dari ketiga orang ini pun terus berlanjut dan berlanjut, sampai pada suatu titik dimana mereka menemukan suatu pengkhianatan cinta.

Bisa dibilang film Arisan sebuah sajian yang menarik, karena mengangkat sisi yang cukup berbeda di jaman perfilman tahun 2003 silam. Pada tahun tersebut kalau boleh kita melihat ke belakang, lebih banyak film-film berbabu horror tapi memang tidak sengetop sekarang. Disamping mengangkat sisi metropolitan, disini juga lebih kea rah dunia kehedonisme masyarakat pada saat itu. Cerita yang diberikan bisa dibilang hampir 95% berdasarkan kisah nyata dan penonton bisa diajak saling mengaca karena siapa tahu pernah melakukan hal demikian. Kisah gonjang-ganjing rumah tangga yang dibumbui perselingkuhan, tidak punya anak, suami hidung belang, istri main serong sama berondong, anak yang mengalami kekurangan kasih sayang orang tua pun juga diangkat di film ini. Selain itu, hubungan terlarang pun menjadi sorotan tersendiri dari film ini.

Mungkin jika membahas hubungan terlarang di film ini agak cukup kaku untuk dibicarakan lebih lanjut karena sulitnya berkembang pemikiran bangsa kita saat itu. Mereka hanya melihat dari sisi pornonya film ini karena ada hubungan terlarang tersebut. Padahal kalau ditelusuri lebih lanjut, Arisan lebih ke arah dunia persahabatan ibu kota yang dibumbui tingkat kemewahan saja. Bagaimana persahabatan dari ketiga orang, Andien, Mei Mei dan Sakti lebih ditonjolkan dari film ini. Walaupun pada akhirnya karakter-karakter lain di film ini cukuplah banyak dan untungnya tidak kalah menarik dengan ketiga tokoh utama disini.

Alur cerita dari film ini bisa dibilang baik dan tidak membosankan sama sekali walaupun durasi film ini 2 jam lebih (127 menit). Pengenalan-pengenalan karakter lain bisa dibilang cukup baik ditampilkan film ini, jadi penonton pun tidak akan lupa begitu saja walaupun peran-peran yang muncul hanya sebentar saja atau sekedar numpang lewat begitu saja. Bisa dibilang dialog yang diberikan antara mama Sakti dengan Lita dan tukang pijat yang diperankan oleh Tika Panggabean sangat mengocok perut. Logat batak yang diberikan mereka begitu kental dan dapat sekali banyolannya jikalau kalian mengerti atinya. Oh iya tidak lupa juga gue sempat melihat kehadiran Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo di film ini tapi Cuma sekilas begitu saja.

Sungguh membanggakan film Arisan di mata perfilman Indonesia ternyata cukup banyak mendapatkan apresiasi, terbukti dengan dapatnya 16 penghargaan film ini (menurut sumber FilmID). Sebagai karakter Sakti, Tora Sudiro bisa dibilang berhasil membawakan karakter tersebut. Gue disini tidak melihat sisi kemayu dari seorang Tora tapi sisi gay yang dimilikinya bisa dibilang dapet banget chemistrynya dengan karakter Nino yang diperankan oleh Surya Saputra. Sosok Andien yang begitu serba perfeksionis juga menarik untuk disimak karena Aida Nurmala berhasil menghipnotis penonton dengan body languagenya yang begitu menawan. Sedangkan Cut Mini Theo sebagai Mei Mei terlihat dapat menjalankan karakter seorang istri yang rapuh karena apes tidak bisa mendapatkan keturunan dan suaminya pun harus meninggalkan dirinya.

Karakter Lita yang diperankan Rachel Maryam bisa dibilang bumbu komedi dari film ini. Rasanya tanpa kehadiran dirinya, Arisan bukanlah sebuah drama komedi satir yang bisa membawakan humor yang baik di dalamnya. Rasa keingintahuan atau disebut kepo dari diri Lita membuat gemes para penonton untuk mencubitnya. Penata artistik dari film ini boleh gue patut ancungi jempol karena untuk penayangan film di tahun 2003 film ini sudah terlihat mewah dan modern sekali. Dengan mengambil gaya minimalis modern dengan disertai futuristik yang indah didalamnya, film ini terlihat indah untuk dinikmati dari berbagai sisi sekalipun. Scoring dari film ini pun bisa dibilang catchy dan juara banget untuk menyatu dengan situasi yang terjadi di film ini.

Akhir kata, Arisan adalah sebuah film Indonesia dari seorang Nia Dinata dan cerita yang ditulis oleh Joko Anwar, membawa suasana baru di dalamnya. Dengan menonton film ini, kita bisa mengaca pada diri kita masing-masing dan bisa mengambil pesan yang didalamnya. Salah satunya, persahabatan adalah hal terindah yang tidak akan pernah terputuskan walaupun badai menimpa sekalipun. Dengan ini gue bisa mengatakan bahwa film Arisan adalah salah satu film Indonesia yang menginspirasi dan terbaik sepanjang tahun 2000an. Ditunggu Arisan selanjutnya! :Salam JoXa:

Komentar