Review: Mudik Lebaran (2011)

Gunadi seorang pendatang dari kampung yang sudah hampir 3 tahun lamanya tinggal di ibukota untuk mencari biaya pernikahannya kelak bersama Lestari. Namun selama 3 tahun ini dirinya belum menghasilkan apa-apa dikarenakan faktor menganggur. Keseharian Gunadi pun mencari-cari lapangan pekerjaan dari pintu ke pintu perusahaan atau kalo lagi suntuk cuma mengeram di tempat penginapan sewaanya bersama salah satu temannya yaitu Martono.

Suatu hari Martono merekomendasikan tempat kerjanya buat Gunadi sebagai supir taksi. Gunadi pun tidak menolak tawaran tersebut. Namun sayangnya, semua tidak berjalan mulus seperti Gunadi kira, karena dirinya harus kehilangan pekerjaannya. Persoalan ini tidak lain tidak bukan karena kehadiran wanita, yang bernama Wulan, ditemukannya mabuk ketika dia sedang beroperasi. Lalu, apakah Gusnadi bisa menyelesaikan masalahnya?

Mudik Lebaran bisa dibilang suatu rutinitas yang dilakukan bagi kaum muslim atau penikmat hari libur hari raya ini untuk saling berkunjung ke keluarga mereka masing-masing. Rutinitas tersebut rasanya memiliki banyak efek di dalamnya. Ada yang terkena macet ketika mudik, dan ada pula yang merasakan jalanan sepi dan lancar-lancar saja ketika yang lain sedang melakukan kegiatan mudik lebaran. Nah sebelum proses Mudik itulah, MVP Pictures kali ini mau menyajikannya dalam bentuk sebuah film. Hasilnya? Sangat disayangkan sekali karena mengecewakan dan jauh dari kata unsur komedi di dalamnya. Bahkan terlihat garing dan datar sekali ceritanya dari awal hingga akhir. Penasaran? Simak review curhatan josep berikut ini tentang film Mudik lebaran.

Sangat sungguh disayangkan sekali hasil MVP Pictures untuk sebagai hiburan lebaran tahun ini. Jika dibandingkan dengan kelima film Indonesia sebelumnya yang sudah beredar terlebih dahulu, rasanya Mudik Lebaran diibaratkan sebagai anak bawang saja. Lihat saja cerita yang terlihat tidak kuat dengan irama datar yang dihasilkan sepanjang film ini. Konflik yang dihadirkan pun tidak membuat rasa naiknya emosi dari datarnya film ini. Kalau boleh jujur pun nama penulis skenario, Away Kilmer, dari film ini pun gue belum begitu mengenalnya jadi ketika tahu film ini seperti ini rasanya terlihat wajar saja kalau hasilnya seperti ini. Away terlihat masih meraba-raba untuk mencari inti masalah dari film ini. Begitu pula dengan Muchar Syamas yang terlihat cukup kesulitan untuk mengeksplorasi dari maunya naskah.

Sinematografi yang dihadirkan pun terlihat tidaklah istimewa, dan belum lagi adanya gambar yang terlihat seperti rekaman dari liputan-liputan tentang mudik. Alangkah lebih para crew yang langsung terjun untuk merekamnya bukan dari hasil seperti layaknya rekaman begitu saja. Scoring yang disajikan pun terlihat sama sekali membangkitkan rasa semangat untuk menyaksikan film ini. Bagaimanakah dari deretan para pemain sendiri? Hmm satu sama lain tidak ada chemistry yang pas dan terlihat sekali hanya menampilkan kemampuan mereka masing-masing saja. Melly Zamri yang berperan sebagai Istri Ray Sahetapy yang berdarah Minangkabau pun terlihat kurang greget penampilannya. Ray Sahetapy sebagai suami pun yang berdarah Sukabumi pun terlihat kosong sekali.

Penampilan Wiwid Gunawan pun disini tidak berhasil sebagai pemanis film ini. Entah kenapa gue merasa bosan melihat penampilannya apalagi di film ini dia terlihat ya ya ya gitu deh. Irwansyah pun demikian, kurang lebih tidak jauh berbeda dengan Wiwid Gunawan. Walaupun sudah berusaha menggunakan logat jowo tapi tidak membantu dirinya untuk bermain maksimal di sini. Para pemain lainnya pun hanya terlihat tempelan belaka.

Akhir kata, Film Mudik Lebaran sangatlah jauh dari kata menghibur dari sebuah film liburan. Kedataran yang dihadirkan film ini terlihat sekali dari awal hingga akhir credit title ini muncul. Cukup disayangkan dengan adanya aktor Ray Sahetaphy sekalipun film ini kurang begitu menggigit sama sekali. Namun demikian, semua itu balik lagi ke penonton masing-masing. Gue disini cuma berusaha jujur meluapkan segala apa yang telah terjadi selama gue menonton film ini. Selamat menonton. :cheers:

1/5

Trailer:

Komentar