Tendangan Dari Langit (2011)



Wahyu seorang remaja dari tempat dimana lokasinya tidak jauh dari Gunung Bromo. Dirinya memiliki suatu impian menjadi seorang pemain sepakbola, seperti idolanya Irfan Bachdim. Dengan meraih mimpinya itu, dia selalu bersemangat dan tidak pantang menyerah walaupun sang ayah tidak begitu menyetujuinya untuk menjadi seorang pemain sepak bola. Dengan dukungan dari paman Hasan dirinya perlahan-lahan meraih impiannya tersebut. Bahkan hingga suatu hari dirinya tidak sengaja dipertemukan oleh pelatih dari idolanya tersebut. Rasa senang dan bangga pula kembali dirasakan Wahyu ketika dirinya diberikan kesempatan untuk melakukan uji coba persepakbolaan tersebut. Namun demikian, semua itu tidak segampang membalikkan tangan, karena Wahyu dihadapkan tiga pilihan yang sangat sulit yaitu rintangan dari ayahnya, rasa tidak enaknya kepada paman Hasan dan rasa cintanya kepada Indah.

Kalau ada yang pernah mendengar sayembara Dicari Pemain film bersama Irfan Bachdim pasti rasanya euphoria tersebut begitu lekat di pikiran hingga saat ini. Bagaimana tidak, menurut berita yang say abaca kalau antusiasme yang mau mengikuti ajang tersebut begitu banyak. Belum lagi audisi diadakan di 3 kota besar yaitu, Malang, Bandung dan Jakarta. Nah sekarang hasilnya sudah diperoleh dengan hasil film panjang yang begitu indah dan bagus untuk ditonton pada saat menjelang Lebaran nanti bersama keluarga anda. Apa itu? Yap! Tendangan Dari Langit! Penasaran? Simak curhatan josep berikut ini tentang film Tendangan Dari Langit.

Setelah meluncurkan filmnya di bulan April lalu, akhirnya Hanung Bramantyo mengepakkan sayapnya kembali di bulan Lebaran kali ini. Dengan mengambil tema tentang dunia olahraga rasanya agak berbeda sedikit sekarang tema yang diambil dari salah satu seorang sutradara konsisten di Indonesia ini. Dengan bantuan penulis skenario dari Fajar Nugros, film Tendangan Dari Langit terlihat begitu nyaris tanpa cacat dari segi cerita dan alur cerita yang dibuat begitu cukup nyaman untuk dinikmati. Sinematografi yang dihasilkan oleh Faozan Rizal di film ini terlihat baik 80% bagus walaupun di beberapa adegan saya melihat seperti ada sepertinya efek-efek tambahan dan terlihat tidak natural.

Scoring film ini yang dibuat oleh Tya Subiakto pun terlihat begitu nyaman dan enak untuk didengar telinga anda. Entah apa maksud dari beliau memberikan suasana scoring yang sejuk di awal film ini dan begitu terlihat kental sekali dari tempat tinggal si pemeran utama disini. Belum lagi 4 lagu KOTAK yang mereka bawakan di film ini terlihat begitu bersemangat sesuai dengan tema film ini untuk meraih mimpi dari sang idola. Lalu bagaimanakah dengan deretan para pemain disini?

Para pemain disini bisa dibilang tampil 85% terlihat sangat maksimal. Kenapa cuma 85 %? Karena ada beberapa pemain disini entah kenapa gue tidak begitu sreg melihat penampilannya ya. Okei kita lihat dulu dari pemain utamanya saja, Yosie Kristanto disini yang berperan sebagai Wahyu ternyata mampu membuktikan dirinya bisa berakting dengan baik dan secara natural mungkin. Walaupun bakat bermain sepakbola dalam dirinya sudah ada tapi dia disini bermain dengan baik layaknya seorang aktor yang sedang berakting. Joshua Suherman kini kembali berakting lagi setelah kehadirannya sebagai pemain pendukung di Sang Pencerah tahun lalu bersama proyeknya Hanung Bramantyo juga pada waktu itu. Disini dirinya tampil lebih banyak dibandingkan tahun lalu, kehadirannya pun tidak kalah eksis dibandingkan Yosie disini. Joshua sangat kuat dengan karakter gaya puitisnya ketika berbicara dengan orang di sekitarnya. Ada Joshua pasti ada juga Jordi Onsu. Adik dari presenter ternama Ruben Onsu disini pun terlihat baik dan bisa membuat penonton tertawa dengan sikap lebaynya tersebut.

Nah kalau Maudy Ayunda terlihat sekali disini sebagai “putri” di film ini. Lihat saja mukanya yang ayu tersebut sangatlah nimat untuk dipandang sepanjang film ini. Penampilan dia bisa dibilang lumayan tapi untuk kelas seorang murid dari yang rata-rata memiliki wajah biasa saja rasanya Maudy terlalu kota sekali di film ini. Walaupun logat medoknya cukup dapat di film ini. Ada Maudy, pasti juga terlintas sosok “rupawan” film ini yaitu Giorgino Abraham, lihat saja tampangnya yang paling oke di film ini terlihat amat “cling” diantara para pemain lainnya. Memang sih karakter dia disini sebagai anak orang kaya atau kurang lebih anak seorang pejabat Negeri gitu. Tapi buat disekolahkan di wilayah tersebut rasanya agak tidak masuk akal ya.

Sekarang dari deratan pemain seniornya, Agus Kuncoro sebagai paman Hasan tampil cukup ngeselin dan ambisius untuk mendapatkan Wahyu menjadi “aset”nya di perkumpulan sepakbolanya. Pak Darto, ayah Wahyu yang diperankan oleh Sujiwo Tejo terlihat sangat menyeramkan buat seorang bapak. Selain itu kehadiran Timo Scheunemann disini juga terlihat cukup baik. Bagaimanakah dengan Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan? Hmm rasanya gue melihat mereka di sini hanya sebagai faktor penjual dari film ini saja. Buktinya dialog pun rasanya tidak ada gue dengar dari mereka, hanya ekspresi kepo, lugu dan layaknya seperti pemain sepakbolalah yang mereka hadirkan disini.

Oh iya sebelum saya lupa, ada beberapa bagian dari film ini yang amatlah mengganggu yaitu adanya adegan-adegan slow motion yang tidak penting seperti layaknya drama dihadirkan di film ini. Untunglah kehadiran tersebut tidak begitu banyak jadi bisa ditolerir. Sebagai karya film ke-20 dari SinemArt Picture rasanya Tendangan Dari Langit berhasil disajikan dengan menghibur dengan cerita yang dibuat semenarik mungkin, dan dialog-dialog antar pemain terkadang menggelitik serta sinematografi yang indah dan memanjakan mata. So tunggu apalagi untuk segera menyaksikan film Tendangan Dari Langit di bioskop kesayangan anda mulai 25 Agustus! Nikmatilah film ini di bioskop seperti anda menonton bola di rumah anda!



4/5





Trailer:

Komentar