6 sahabat sedang mengadakan pesta reunion di sebuah villa yang bernama Jalatunda di daerah Jawa Tengah. Mereka adalah Vikki, Allisa, Chintya, Olla, Rama, dan Rezky. Mereka disana melakukan suatu pengakuan dosa. Pengakuan dosa kali ini dilakukan dengan cara menggunakan SMS (Pesan) melalui Telepon Selular mereka masing-masing. Di Villa tersebut, juga tinggallah seorang kakek bernama Satrio. Dia tinggal bersama istrinya, Murti, yang selalu mendendangkan sebuah sinden yang berbau mistis. Lalu diantara mereka terjadilah suatu pengkhianatan, Vikki berselingkuh dengan Allisa. Chintya yang merupakan pacar Vikki tidak hanya diam saja ketika pacaranya direbut oleh Allisa. Suatu hari, Vikki dan Allisa melakukan “perbuatan” ke dalam suatu gudang tua. Perbuatan mereka pun diketahui oleh sosok “hantu” yang menghajar Vikki hingga pingsan dan membunuh Allisa di sebuah peti.
Setahun kemudian, kelima orang tersebut diteror oleh sebuah nomor panggilan atas nama Allisa dengan suara ringtone nyinden ala nenek Murti. Mereka pun ketakutan dan parno dengan semua yang terjadi. Mereka pun mencari bantuan melalui orang pintar. Orang pintar tersebut melihat awan hitam yang tebal melingkupi Chintya dibandingkan teman-teman lainnya. Orang pintar menyuruh mereka agar kembali ke Villa tempat Allisa meninggal dan harus menemukan mayat dan telepon selularnya lalu dibakar bersama-sama. Mereka pun awalnya tidak mau karna tempatnya sangat jauh. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk kembali ke Villa tersebut, setiba disana mereka pun kembali diteror. Satu per satu dari mereka mati secara tragis. Hingga terakhir Chintya harus beradu mulut dengan sosok “hantu” tersebut.
Jika dilihat dari sinopsis diatas dan di web lainnya, cerita ini sebenarnya sudah ketebak jalan ceritanya. Siapa sosok “hantu” tersebut dan lain-lain. Akan tetapi, gue secara pribadi cuma penasaran saja dengan jalan pemikiran pembuat film ini terhadap jalan ceritanya. Kalau dilihat dari trailer pun, film ini terlihat begitu penuh dengan efek-efek yang murahan dan kasar. Murahan karena efek-efek ini sudah pernah kita saksikan di film Roh sebelumnya, kalau kasar yaitu dari efek photosop/editan yang begitu membuat penonton ngakak bukan menjerit. Entah apa di pikiran pembuat dan skenario film ini yang membuat sebuah film layaknya tontonan drama anak sekolah. Penonton disajikan sebuah narasi di awalnya, yang sebenarnya adalah maksud dari akhir film terebut. Jadi, bersiap-siaplah anda akan melihat aksi 5 orang yang hanya disitu-situ saja lokasinya.
Awal film ini pun tidaklah menakutkan, tapi sungguh lebai sekali. Bberapa efek-efek yang dapat lo lihat disini sebenarnya sudah ada di trailer semua. Jadi, terkesan film ini tidak ada yang istimewanya lagi. Sebut saja, kaca pecah, bayangan photosop peran utama, banjir darah, kaca retak, sosok “hantu” yang didekat danau dengan efek photosop, dan yang paling lebai adalah slow motion tombak. Oh iya, film ini juga paling mengganggu suaranya. Lo bayangin aja nih ya, suara yang ditimbulkan air ketika berenang sama kencangnya dengan dialog mereka. Setelah itu, suara yang dihasilkan tertusuk tombak begitu “aneh”, karena tidak seperti tertusuk tombak suaranya.
Scoring film ini pun begitu tidak berkesinambungan dengan ceritanya. Kebanyakan musik dan efek-efek suara tidak pada tempatnya yang mengakibatkan risihnya pendengaran penonton. Nyindennya bukan membuat takut, tapi membuat sakit kuping. Lakon yang dilakonkan para pemain begitu flat dan tidak sama sekali istimewa. Ketika mereka harus marah, tapi muka mereka pada datar. Ketika mereka harus menjerit seperti dipaksakan. Hancur pokoknya!. Adanya peran transgender dan orang gagap disini pun mengganggu, karena mereka tidak totalitas dalam memerankan peran mereka. Begitu pula dengan aksi peran utama ketika ingin melakukan adegan intim di sebuah gubuk. Ketika awalnya sang cowo begitu antusias menerima rangsangan dari cewek tapi setelahit ekspresi cowo tiba-tiba kembali datar, dan seperti menunjukan betapa gampangnya lawan mainnya tersebut. Cameo Guruh Soekarno Putra disini pun hanya seperti peran lewat saja yang sebenarnya tidak ada efeknya lagi setelah beliau muncul. Dan yang paling mengganggu adalah peran nenek Murti yang tiba-tiba nongol di tengah kelima orang tersebut ketika di Villa. Padahal awalnya nenek tersebut belum pernah muncul dan berbicara kepada mereka, tapi tiba-tiba berkata:”Sudah saya bilang kalian harus meninggalkan tempat ini. Kalian akan hilang satu per satu”. Aduh gue aje shock ketika kedatangan nenek tersebut layaknya jalangkung.
Jika dibandingkan dengan film Nayato dan KKD, IMHO gue lebih suka karyanya Nayato. Walaupun film ini diatas dikit KKD, tapi tetap saja film ini bisa jadi kandidat film terburuk sepanjang tahun 2011. Dibandingkan film-film KKD, film ini masih bisa digunakan akal sehat ketika menonton. Overall, dengan murahnya efek-efek yang ditampilkan, kurangnya kualitas para pemain, dan jalan cerita yang sudah ketebak dari sinopsis yang ada, film ini bisa dibilang film yang gagal dalam produksi pertamanya. Namun demikian, jika kalian memiliki rasa penasaran ya bolehlah kalian menonton film ini, asalkan tidak seperti penonton pada saat premier yang satu per satu meninggalkan studio (padahal film baru di tengah-tengah). Selamat menonton. :cheers:
1/5
Trailer:
ah ngikutin one missed call nih T_T
BalasHapus