Review Film Indonesia KELAM (2019)

Setelah Sekte dan Kutuk, Open Door Films kembali menayangkan film terbarunya di bulan Oktober ini. Film yang awalnya berjudul Boneka Abdi kini berubah menjadi film Kelam. Film Kelam yang disutradarai oleh Erwin Arnada bercerita tentang renggangnya hubungan Nina dan mamanya, Dewi sejak 8 tahun lalu ketika Nina kabur dari rumah. Adik Nina, Fenny terpaksa memanggil Nina sekarang karena Dewi mengalami kecelakaan di rumah. Nina datang bersama anaknya, Sasha yang berusia 7 tahun. Nina dan Dewi akhirnya saling berdamai, namun Sasha mendadak kolapse. Di rumah sakit dokter mengatakan bahwa kebocoran jantung yang sudah dialami Sasha sejak bayi kini semakin parah.

Sasha membutuhkan donor jantung. Pada saat yang sama, Tiara menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit tersebut. Setelah mengetahui kondisi Sasha, orang tua Tiara setuju mendonorkan jantung Tiara kepada Sasha. Nyawa Sasha pun tertolong. Saat Sasha kembali ke rumah, kejadian aneh mulai terjadi. Sikap Sasha pun berubah. Kemudian berbagai teror hantu anak kecil seusia Sasha yang menghantui rumah Dewi. Nina berasumsi semua ini karena donor jantung yang di berikan Tiara, roh Tiara menghantui rumah Dewi. Nina harus berjuang menyelamatkan Sasha dari teror hantu anak kecil itu, Nina menyadari fakta kalau semua ini ada kaitan nya dengan masa kelam dalam hidup nya yang menyebabkan dia meninggalkan Dewi 8 tahun lalu.



Nampaknya setelah film Tusuk Jailangkung di Lubang Buaya yang mengerutkan kening sepanjang nonton adegan filmnya, Erwin Arnada tidak berkembang untuk membuat film horror yang baik. Di film Kelam ini walaupun minim adanya jumpscare untuk menakuti penonton, namun sisi horror dari film ini sangatlah datar sekali. Banyak faktor yang membuat film ini terasa datar bahkan cenderung terlihat seperti FTV horror siang menemani jam makan siang. Memang sih deretan pemainnya lebih banyak yang berpengalaman di dunia FTV (Aura Kasih, Amanda Manopo, Evan Sanders, Rina Hassim, Ade Firman Hakim) tapi apa lantas membuat filmnya seperti FTV juga? Cerita yang dibuat oleh Fajar Umbara dengan memberikan sentuhan twist demi twist untuk filmnya diacakaduk oleh sutradara karena terlihat kurang paham dengan naskahnya seperti apa. Sebaiknya Fajar Umbara juga membuat naskah yang sederhana saja jika sutradaranya tidak paham dengan naskah yang anda tulis, atau lebih baik anda saja yang menyutradarai filmnya biar tersampaikan maksud tujuan filmnya dengan baik. Akhir kata, semoga tidak ada lagi pengulangan bodoh dari sutradara Kelam ini.

1/5

Trailer:

Komentar