Review Film Indonesia CINTA ITU BUTA (2019): REMAKE ADAPTASI KITA KITA (PINOY FILM)

Di bulan Oktober tahun ini bisa dibilang ada 2 film Indonesia yang merupakan hasil remake adaptasi dari film luar. Setelah Bebas yang merupakan remake adaptasi dari film Sunny, minggu ini saatnya Cinta itu Buta yang sedang tayang di bioskop merupakan remake adaptasi resmi dari film I See You atau Kita Kita dari negara Filipina. Film Cinta itu Buta bercerita tentang seorang tur guide asal Indonesia yang bernama Diah, yang setelah beberapa tahun tinggal di Korea akhirnya menemukan cinta dan kebahagiaan dengan pacar koreanya Jun-Ho. Mereka sudah 3 tahun bertunangan dan berkali-kali mengundurkan pernikahan hingga akhirnya hubungan mereka kandas. Kecewa dan tersakiti, Diah jatuh pingsan setelah memutuskan Jun-ho. Diah terbangun kembali tanpa cinta, harapan ataupun penglihatannya. Diah kehilangan semangat hidupnya dan mengurung dirinya sampai ia bertemu Nik yang pantang menyerah untuk membuatnya bahagia. Apakah kebahagiaan ini sementara atau selamanya?

Film Kita Kita yang rilis 2 tahun lalu dibintangi oleh Alessandra de Rossi dan Empoy Marquez. Kalau melihat filmography mereka berdua bisa dibilang mereka cukup terkenal di dunia pertelevisian dan film karena sudah banyak yang diperankan mereka berdua. Uniknya sutradara Citu Itu Buta dan Kita Kita sama-sama disutradarai oleh sutradara wanit, jika di film Kita Kita bernama Sigrid Andrea Bernardo, kalau sutradara Cinta Itu Buta yaitu Rachmania Arunita. Setelah 11 tahun vakum dari dunia penyutradaraan film layar lebar, akhirnya Rachmania Arunita kembali lagi melalui film Cinta itu Buta. Hadirnya Shandy Aulia dalam film Cinta itu Buta mengingatkan kolaborasi dengan Rachmania dalam film Eiffel I'm in Love. Memilih Shandy Aulia sebagai pemeran utama di film Cinta itu Buta bisa dibilang cukup oke, karena Shandy terlihat pas melakoni karakternya sebagai wanita buta ataupun ketika sebelum buta sekalipun. Hadirnya Dodit Mulyanto sebagai lawan mainnya Shandy Aulia dalam film Cinta itu Buta ya bisa dibilang Dodit menang banyak kali ini. Karakter Dodit sebenarnya bukanlah yang beda atau spesial karena hampir sama seperti film-film beliau sebelumnya. Lain halnya dengan Empoy Marquez yang di beberapa part ketika di film Kita-Kita memberikan sisi manisnya ke lawan main. Di Cinta itu Buta porsi lawakan khas Dodit justru lebih banyak.

Pemilihan negara Korea sebagai lokasi shooting bisa dibilang tergolong menarik, beberapa lokasi cukup memanjakan mata dan bucket list banget buat para travellers. Cerita sebenarnya tidak ada masalah karena memang adaptasi dan ada part yang sedikit dibedakan dibanding aslinya. Yang paling penting perbedaan dengan film Kita Kita yaitu rasa dan chemistry. Kedua hal ini berasa hambar sekali, Bahkan terlihat teaser foto-foto di media sosial jauh lebih dapet chemistry dibandingkan ketika melihat secara keseluruhan. Sangat disayangkan banget momen-momen yang seharusnya dapat menitikkan air mata dan tertawa geli justru berubah menjadi tertawa yang membosankan. Ya membosankan karena penonton tidak diberikan sebuah momen magis antara Diah dan Nik. Bahkan chemistry Diah dengan Jun-Ho sedikit lebih baik walaupun ujungnya perpisahan. Cinta itu Buta bukan adaptasi yang gagal namun sayang banget cerita yang seharusnya memiliki momen magis justru hilang di versi Indonesianya.

2/5

Trailer:

Komentar