Review Film Indonesia LORONG (2019)


Setelah sukses dengan film Kuntilanak yang mendatangkan jutaan penonton, akhirnya MVP Pictures kembali lagi menghadirkan film horror dengan cerita berbeda, yaitu LORONG. Kalau melihat judul dan poster, jelas film ini dilatar belakangi oleh sebuah lorong rumah sakit. Apakah debut dari Hestu Saputra untuk sebuah film horror bisa dinikmati secara keseluruhan? Berikut ulasannya. Lorong bercerita tentang seorang ibu yang bernama Mayang, beliau baru saja terbangun pasca melahirkan anak pertamanya. Mendengar kabar dari Dr. Vera dan Reza, suami dari Mayang, bahwa anak pertama Mayang dan Reza tidak bisa diselamatkan. Mayang tidak tinggal diam, karena tidak percaya dengan kebullshitan itu semua. Mayang masih sadar dan melihat kalau anak pertama yang dinamai Reno itu menangis di ruangan operasi seperti pada bayi umumnya. Mayang pun mencoba mencari tahu keberadaan Reno bayinya dengan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit tersebut. Hingga akhirnya Mayang diteror sebuah sosok yang semakin membuat dirinya yakin Reno masih hidup.

Film terbaru dari MVP Pictures kali ini bisa dibilang tergolong low budget, walaupun menurut info melibatkan 3 rumah sakit untuk pengambilan gambar namun kemasannya terlihat disitu-situ aja dengan tingkat minimnya kostum dan lokasinya. Pemain inti yang terlibat dalam film Lorong juga tidak lebih dari 10 orang, yaitu Prisia Nasution, Winky Wiryawan, Nova Eliza, Teuku Rifnu Wikana, Gesata Stella, Josephine Firmstone, David Santoso dan Ade Firman Hakim. Sisanya pemain-pemain pendukung atau extras untuk meramaikan suasana rumah sakit pada umumnya. Ya biar kelihatan nyata gitu ini terlihat film yang memang shooting di rumah sakit. Sangat disayangkan untuk sebuah film debut film horror, Hestu Saputra belum mampu membuat penonton berkesan dan merasa ketakutan dari teror yang dibuatnya melalui film Lorong ini.


Andai saja cerita tidak terlalu fokus dengan adegan mutar-mutar Prisia di rumah sakit untuk mencari anaknya dan akhir cerita yang ada hubungannya dengan sekte pasti akan lebih enak film Lorong ini untuk ditonton. Seriusan adegan mencari anak yang hanya disitu-situ saja sungguh buang waktu dan energi dari Prisia, terlihat sekali dari ekpresi Prisia yang mewakili penonton sepanjang melihat dia berjalan terseok-seok. Jika akhir cerita memang ingin melibatkan sebuah kisah sekte, sebaiknya digarap lebih serius lagi. Entah kenapa suasana dalam film horror Kafir: Bersekutu Dengan Setan part terakhir terulang kembali di film Lorong. Padahal part tersebut adalah part terburuk yang pernah ada untuk sebuah film horror. Dan satu lagi, teror dari hantu wanita untuk sebagai pengodean ke karakter utama terlihat masih kentang banget. Akhir kata, Lorong bukan sebuah film yang jelek banget namun belum juga dikatakan menghibur secara keseluruhan karena masih banyak perbaikan disana-sini agar penonton iba dengan apa yang dirasakan Mayang di film ini.

2/5

Trailer:


Komentar