Review Film Indonesia Kain Kafan Hitam (2019)

Setelah memproduksi film Ular Tangga di tahun 2017 Lingkar Film kembali memproduksi film terbarunya yang berjudul Kain Kafan Hitam. Dengan dibawah naungan Maxime Bouttier sebagai debut sutradara. Film ini bercerita tentang Evelyn, seorang mahasiswi yang baru saja ditinggal kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Evelyn dengan kedua adiknya, Arya dan Maya, pindah ke rumah baru karena rumah orang tuanya telah digadaikan. Dengan bantuan Bimo, pacar Evelyn, akhirnya Evelyn mendapatkan rumah baru. Rumah barunya tersebut memiliki banyak aturan serta kejadian di setiap malamnya yang bikin Evelyn tidak nyenyak tidurnya. Ada apakah dengan rumahnya tersebut?

Film ini sangat mengecewakan. Mungkin kalimat tersebut adalah yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana keseluruhan film ini. Bagaimana tidak kecewa, banyak sekali banyak adegan yang harusnya bekerja dengan baik namun terlalu dimolorin adegannya. Sebagai contoh ketika si adik ngompol karena diteror, pas penggantian celananya mesti banget ya selambat itu pengadegannya? Terus momen ketika flashback baru dilakukan ketika sudah di menit ke 60. Sungguh luar biasa cerita yang membuang waktu 1 jam yang baru terasa di 10 menit terakhir saja. Selain membuat molor durasi juga terlihat dari jalan ceritanya. Tokoh Egi Fedly di film Kain Kafan Hitam hilang begitu saja padahal yang andil dengan inti cerita.



Ada 2 adegan yang terlihat mau ngejiplak konsep dari film pengadi setan, bahkan dari pemain anaknya yang diperankan Arya sedikit mirip dengan pemain anak di pengabdi setan. Entah faktor apa yang bisa membuat Kain Kafan Hitam mengambil konsep tersebut. Jatuhnya tidak lucu soalnya. Akhir kata film Kain Kafan Hitam hanyalah sebuah cerita sederhana 10 menit di akhir yang harus membuang waktu penonton selama 1 jam pertama karena molornya setiap adegan yang diberikan. Dengan mudah film ini masuk menjadi salah film terburuk di tahun 2019.

NR

Trailer:

Komentar