Film Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya salah satu film Terburuk 2018

Ketika tahu bakal ada film Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya reaksi pertama kali adalah lokasi Lubang Buaya yang dimaksud film ini dimana? Karena baru tahu jika ada lokasi Lubang Buaya (bukan tempat makam pahlawan yang di Jakarta Timur) dengan latar hutan dan air terjun termasuk salah satu tempat terangker. Bahkan ketika Nina Kozok menunjukan titik lokasi Lubang Buaya melalui peta di kamarnya terlihat kurang jelas pulau mana sih dari lokasi Lubang Buaya itu. Film Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya yang merupakan karya dari Erwin Arnada ini berkisah tentang seorang vlogger bernama Sissy yang sedang menjawab tantangan dari followersnya untuk melakukan perekaman vlog selanjutnya. Arik, adik Sissy, tidak setuju dengan kakaknya untuk memenuhi tantangan dari followersnya. Lokasi Lubang Buaya yang notabene keluar menjadi lokasi tantangan Sissy melakukan perekaman vlog membuat Arik khawatir dan cemas terhadap kakaknya.

Sangat disayangkan Erwin Arnada bukannya semakin membaik setelah di awal tahun 2018 ini berkarya dalam film Nini Thowok. Kelihatan sekali proyek Tusuk Jelangkung ini adalah proyek latah untuk mencoba apakah akan sukses jika dengan judul Tusuk Jelangkung, lalu ditambahkan embel-embel di Lubang Buaya. Wes gembel, terserah yang punya duitlah pokoknya. Pemain yang dijadikan pemeran utama pun 2 wanita yang berlatar belakang berbeda, satunya model dan pernah bermain film yaitu Nina Kozok dan satunya lagi baru pertama kali main film yang terkenal dari Instagram, Anya Geraldine. Kedua wanita ini jelas memiliki daya tarik untuk kaum Adam, apalagi ketika menggunakan swim suit, namun sayangnya adegan tersebut hanyalah sedikit di film Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya ini.


Dari awal film, film ini terlihat tidak ingin menampilkan sisi positif ke penonton. Penonton dibuat stress dengan kekonyolan-kekonyolan adegan demi adegan terutama ketika memasuki lokasi Lubang Buaya. Jika ingin disebutkan satu per satu sepertinya tidak etis, berikut beberapa poin yang bikin stress diantaranya coloring film ini terlihat ganggu sekali, adegan dialog Sissy ketika mengucapkan mantra dengan bahasa Inggris nampaknya terlihat sok universal atau go-international film ini, perubahan mantra manggil Jelangkung mengalami perbedaan, tokoh wanita ketiga terlihat berusaha tidak menerima kondisi yang dialami selama ini namun sayangnya terlihat justru mengganggu, karakter Arik sang Adik Sissy terlihat tabok-able ketika melakukan 1 adegan konyol di film ini, dan terakhir tidak lain yaitu efek-efek hantu yang diberikan sepanjang film. Paling membekas sepertinya hantu-hantu di film ini lebih banyak efek visualnya, entah apa alasan Erwin sebagai sutradara untuk memutuskan menggunakan efek ke para hantu.

Dengan gampangnya film Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya masuk sebagai top 3 untuk kategori film terburuk di 2018. Nampaknya penonton film Indonesia saat ini juga sudah gerah dengan film-film seperti ini, semoga di tahun 2019 nanti para produser sudah semakin sadar dengan kecerdasan penonton kita. Jangan hanya ingin membuat film dengan judul menjual Tusuk Jelangkung ataupun Jelangkung namun melupakan materi film, pemain hingga konsep ceritanya seperti apa. Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya jelas-jelas sangat melupakan ketiga poin tersebut. Kalau saja pemain jauh lebih terkenal atau konsep cerita lebih jelas, harusnya 500 ribu penonton akan sangat mudah didapatkan film ini.


NR


Trailer:

Komentar