Review Film Indonesia: London Love Story 3 (2018)

Tidak terasa 2 tahun berjalan begitu cepat. Di tahun 2018 kekuatan cinta Caramel dan Dave akan terjawab sudah. Setelah melewati berbagai macam persoalan demi persoalan dari masing-masing kenangan kehidupan cinta, kali ini cinta mereka diuji dengan keadaan cacat harus dialami oleh Caramel. Jadi ceritanya begini... Caramel dan Dave telah selesai kuliah di London dan memutuskan untuk liburan ke Bali sambil persiapan pernikahan mereka. Suatu hari ketika mereka sedang melintasi jalan di Bali, mobil serta mereka terlempar oleh truk hingga Caramel harus cacat kakinya. Caramel tersadar dan merasa kehidupan dia kali ini sangatlah membebani Dave. Dia tidak Dave kasihan karena dirinya yang cacat. Caramel ingin mengakhiri kisah cinta yang sudah mereka jalani selama ini...

Setelah menonton 2 film sebelumnya dan menonton seri ketiga ini, barulah terlihat sinkronisasi jalan cerita dari Tisa Ts yang memang ingin membuat trilogi untuk London Love Story. Sebuah cerita fiktif belaka yang targetnya para remaja millenials saat ini akan menghipnotis mereka kembali. Kerapuhan yang dialami Caramel dan ingin mengakhiri kisah cintanya dengan Dave namun Dave tetep ngotot ingin bertahan dan diberi kesempatan satu kali sebagai permintaan maaf atas kecacatan yang dialami Caramel menjadi puncak permasalahan film ini. Pengobatan sudah dilakukan Caramel melalui Dokter Rio dan Dokter Mia yang diperankan oleh Derby Romero dan Amanda Rawles. Kehadiran Derby Romero di London Love Story 3 tidak hanya sebagai Dokter pribadi Caramel, kalian akan mengetahuinya sinkronisasi 2 film sebelumnya setelah menonton di bioskop.


Pindah lokasi dari London dan Swiss, tidak lantas membuat murah film ini. Semua fasilitas ketika pengambilan gambar di Jakarta ataupun Bali terasa begitu mewah dan eksklusif. Tidak akan ada merek murah kalian tengok di sepanjang film ini, bahkan sampai mobil pribadi yang sudah terlempar hingga terbakar ataupun taksi sekalipun semua terlihat mewah. Sebenarnya bukan masalah besar, justru Screenplay ingin membuktikan kalau mereka PH dengan produksi film mahal. Ada beberapa bagian yang terlihat mengganggu di London Love Story 3, visualisasi ketika Caramel dan Dave tertabrak truk entah mengapa terlihat masih kasar. Kemudian dari sisi medis, walaupun ini bukan kredibilitas saya untuk komentar tapi agak ragu aja dengan apa yang dialami Caramel. Apa mungkin hanya karena miracle atau keajaiban cinta bisa mengubah segalanya?

Dari deretan pemain cukup salut dengan akting Michelle Ziudith di seri ketiga ini, beban dan penderitaan yang dia alami terlihat begitu alami. Dimas Anggara sebagai pasangan yang memiliki banyak tattoo (salah fokus) - juga agak mengimbangi apa yang dialami Michelle di film ini. Amanda Rawles di film ini mungkin banyak beranggapan dia terlalu untuk menjadi kepala dokter di salah satu rumah sakit, tapi faktor mukanya memang boros nampaknya masih bisa dikompromi. Begitu juga dengan Derby Romero, sebagai dokter dengan track record paling baik di usia muda nampaknya masih diragukan beberapa penonton. Secara keseluruhan, sebagai film yang konsisten ingin menguji cinta Caramel dan Dave, London Love Story 3 ini terlihat klimaks dan penutup yang memuaskan. Ada beberapa adegan yang flashback sebagai pengingat cinta mereka di 2 film sebelumnya. Tapi sebaiknya menonton dulu aja 2 film sebelumnya agar lebih enak ketika menonton ketiga ini. Setidaknya dialog yang diberikan London Love Story 3 tidak hanya sekedar menjual kata-kata puisi bikin eneg telinga, ada kekuatan cinta dan proses ujian dari kisah cinta Caramel dan Dave. Semoga ke depannya Screenplay jauh lebih baik lagi menghadirkan film romansa remaja dan mempertahankan produksi film yang niat serta mewah (halah).

2,5/5


Trailer:


Komentar