Review Duka Sedalam Cinta (Sekuel Ketika Mas Gagah Pergi)

"Hidup adalah pilihan untuk bertindak di jalan cinta, namun duka sering hadir tanpa disangka. Bersamamu, benarkah ada duka sedalam cinta?" Tidak perlu kalian jawab ketika menjawab petikan tersebut, karena itu bukan statement dari penulis terhadap film ini. Penulis hanya mengutip dari profile Twitter Duka Sedalam Cinta. Setelah nyaris 2 tahun tepatnya 1 tahun 10 bulan akhirnya rilislah sekuel dari Ketika Mas Gagah Pergi ini. Walaupun di akhir film Ketika Mas Gagah Pergi dibilangnya segera tayang Ketika Mas Gagah Pergi 2, namun judul harus berubah menjadi Duka Sedalam Cinta. Setelah menonton film ini yang tayang sangatlah terbatas (di Jakarta aja di CGV Cinemas Cempaka Putih dan Pejaten Village XXI), barulah penulis memahami maksud dari judul Duka Sedalam Cinta.

Asli ya film ini seharusnya tidak perlu ada sekuel, bayangin aja setelah adegan di awal yang menceritakan kelanjutan dari Mas Gagah terjun ke pantai atau lautan pokoknya airlah dengan penuh dramatis, adegan selanjutnya lebih ke flashback bagaimana cerita Ketika Mas Gagah Pergi. Bisa dibilang di 15 menit habis sudah di pengulangan cerita. Mungkin untuk yang belum menonton filmnya akan mengerti sedikit demi sedikit. Namun bagi yang sudah menonton yang pertama akan resah dan gelisah, kenapa harus diulang-ulang sih adegan ini, golden scene kah? 

Sebenarnya kesalahan fatal dari film Duka Sedalam Cinta adalah team editor, produser dan sutradaranya. Asli ya ngeditnya sesuka hati, kesalahan produser dan sutradara juga ada di film ini karena hanya menyerahkan tanggung jawab ngedit sepenuhnya ke editor, emangnya gak ditengok dulu apa filmnya seperti apa cara ngeditnya? Hal yang sepele adalah ketika ada adegan Gagah dianter pulang dari Ternate (Maluku) ke Jakarta oleh sahabatnya, Yudi, kemudian adegannya menceritakan bagaimana Gita bertemu kembali dengan seorang pemuda yang ternyata bernama Yudi di Jakarta. Lah bukannya Yudi masih Maluku ya, kok bisa di Jakarta kemudian ditusuk oleh preman? Setelah itu adegannya Gagah sholat dan bertemu dengan adiknya, lah cepat kali dia nyampe ke Jakartanya?

Tidak hanya itu adegan-adegan yang bikin kening berkerut secara tiba-tiba, untuk selengkapnya silahkan ditonton sendiri biar merasakan apa yang penulis rasakan. Selain editing, konklusi akhir film ini juga sangatlah mengganggu. Hanya mengandalkan narasi dan pemandangan pantai saja tanpa adanya adegan pendukung dari narasi, masa tau-tau ada sosok Gagah kecil dan Gita meninggal serta si Gagah diserahkan ke Nadya dan Yudi, suami Gita, begitu saja. Ya semoga 147.053 penonton Ketika Mas Gagah Pergi tidak antusias terhadap kelanjutan film ini sehingga cukup sudah tidak dibuat sekuelnya.

1/5

Komentar