Review Jailangkung: tingkat keseraman harus ditukar dengan popularitas pemain



Dibuatnya film Jailangkung dengan menggandeng 2 sutradara yang dahulunya membuat film Jelangkung di tahun 2001, Rizal Mantovani dan Jose Poernomo, nampaknya seperti main-main. Bagaimana tidak, eksistensi dan popularitas kedua pemain utama yang sedang naik daun dan setidaknya mampu membuktikan film terakhir mereka bisa mengundang lebih dari 500 ribu penonton berbondong-bondong ke bioskop. Siapa lagi kalau bukan Jefri Nichol dan Amanda Rawles. Tingkat keraguan dibawah naungan PH Screenplay yang notabene selalu membiarkan para pemainnya berdialog dengan puitis tanpa makna yang cenderung bikin penonton eneg semakin terasa was-wasnya. Keraguan terhadap film ini pun terbukti dari penulis naskah film ini yaitu Baskoro Adi.

Film Jailangkung jelas berbeda dan tidak ada sangkut pautnya cerita dengan ketiga sekuel Jelangkung sebelumnya. Film Jailangkung ini bercerita tentang Ferdi, duda 3 anak, yang mengalami mati suri, dan karena rasa ingin tahu terhadap rumah, tempat ditemukannya Ferdi, sang ayah, Bella pun sebagai anak kedua ingin menolong ayahnya. Ya namanya juga cerita, tidaklah lengkap jika ada seorang pahlawan di dalamnya. Entah ada angin apa, Bella tiba-tiba masuk ke dalam suatu ruangan ketika Rama sedang presentasi mengenai kasus yang mirip dengan ayahnya saat ini. Bella pun tanpa basa basi langsung berkenalan dan meminta tolong Rama untuk memecahkan persoalan keluarganya.

Keindahan artistik dari Jailangkung patut diancungi jempol, semua bagian untuk menghidupkan suasana horor dan menegangkan berhasil dilakukan Rizal Mantovani dan Jose Poernomo. Diantara para pemain Jailangkung yang kelihatan porsinya seimbang dengan kekuatan akting mereka masing-masing, Hanna Al Rashid di film ini bisa dibilang paling cukup baik akting dan karakter yang dibawakannya. Namun sayangnya pujian terhadap film ini hanya sampai di situ saja. Agak cukup disayangkan, nyinden yang dilakukan aktor Butet hanya sekedar di scene dia saja. Berharap ada scene sinden selanjutnya ketika Rama membantu keluarga Bapak Ferdi. Keraguan demi keraguan di awal nampaknya sudah terbukti setelah menonton film ini. Walaupun ada campur tangan Ve Handjo sebagai supervisi naskah, nampaknya tidak berhasil membuat saya terpukau dengan cerita Jailangkung ini. Dialog-dialog sampah antara Amanda Rawles dan Jefri Nichol di Jailangkung harusnya bisa disesuaikan dengan genrenya, bukan disesuaikan dengan PH yang membiayai produksi film ini.

*suasana lagi di rumah tua, Bella, Rama dan Angel lagi asyik menonton video-video milik Ayah Ferdi*
Rama: "Coba cari nomor 44"
Bella:" ini... "
Rama: "Kok kosong?" 
Bella: "Terus di mana?" 
Rama: "Berarti masih ada di kamera"
Bella:" Terus di mana kameranya?"

Itu situasinya Rama sudah mau sukarela membantu, kok malah dia ditanya? Harusnya dikurangi dialog bawel Bella, ini bukan film horor kedrama-dramaan tapi ini buatlah film drama menjadi sebuah horor yang menakuti penonton.

*suasana di Rumah Sakit*
Bella: "Kak Angel pulang aja, sudah saatnya aku yang jagain papa. Biar aku di rumah sakit sama Rama. Aku sudah nyaman sama dia. Kak angel pulang deh, mandi"

Mungkin maksud bella dengan dialognya masuk akal, karena peduli dengan kakaknya Angel. Tapi cara pengucapan Amanda terhadap dialog ini yang terbatah-batah mengakibatkan salah arti dan cenderung Amanda menggurui kakaknya. Agak aneh sih sebenarnya ketika Bella baru bertemu tatap muka dengan Rama dan harus banget ya dia mengungkapkan sudah nyaman dengan Rama?

Buat kamu yang memang dahulunya penggemar Jelangkung, rasanya saya dengan berat hati harus bilang perbedaan yang tidak akan kamu temui di film Jailangkung. Pertama tidak adanya soundtrack dari band terkenal di film ini, jika dahulu ada Base Jam ataupun Armand Maulana, kini hampa dan kosong di Jailangkung. Kedua, di Jailangkung kelihatan banget para pemainnya sok tahu dan tahu-tahu tersedia semuanya di lokasi sebagai contoh mobil dan helikopter. Jika di Jelangkung ada interaksi dengan warga penduduk maka kamu tidak akan menemukan di Jailangkung. Ya terakhir paling notice sih di Jailangkung ini lebih ke kisah 3 cewek dan 2 cowok, kalau di Jelangkung 1 cewek dan 3 cowok.

1,5/5

Trailer:

Komentar