Cahaya Cinta Pesantren: Durasi kepanjangan dengan produksi yang lumayan untuk dinikmati.


Film ini bisa dibilang sesuai dengan posternya, ceria dan penuh warna. Mungkin yang perlu dibahas adalah durasi cerita terlalu kepanjangan (144 menit) untuk cerita sederhana seperti Cahaya Cinta Pesantren. Kurang lebih film ini seperti film India, bagaimana diceritakan dari masa kecil si tokoh utama, konflik dengan orang tua, kemudian menuruti permintaannya, sukses dan menemukan cintanya.

Yuki Kato sebenarnya gak jelek-jelek amat mainnya, bahkan gue sampe gak nyangka itu Yuki karena belum pernah lihat dia berhijab. Secara dua film sebelumnya 5 karakter gak jelas dan oon. Akan tetapi film ini terasa kurang dilirik mungkin karena faktor deretan pemainnya. Jujur ya, gue aja ga tau siapa aja mereka (Vebby Palwinta, Febby Blink, Silvia Blink - mereka emang pernah main film Indonesia tapi tetep aja siapa mereka sebenarnya gue gak tau). Apa mungkin generasi gue berbeda dengan sekarang? Tapi ada yang unik sih, keempat tokoh ini pas banget tingginya. Secara singkat keempatnya pendek-pendek.

Rizky Febian untuk karakter annoying yang jatuh hati sama cewek cukup mencuri perhatian di awal karirnya di dunia perfilman Indonesia. Jika diasah dan dikasih kesempatan berakting lagi kayaknya Rizky bolehlah sebagai aktor generasi penerus Ringgo Agus atau Dennis Adhiswara. Cahaya Cinta Pesantren sesuai dengan judulnya anak yang taat kepada orang tua bercahaya di pesantren sehingga menemukan cinta sejatinya, walaupun masih jauh dari kata istimewa tapi overall masih kadar cukup dan masih layak diapresiasi.

2/5

Komentar