Review: Optatissimus (2013)


Petikan Film "OPTATISSIMUS":
  • Yang tidak dikenal, membuat kita takut. #Optatissimus
  • Aku mencarinya, ke dalam kesintinganku sendiri. #Optatissimus
  • Tuhan harus mengejawantah. Mungkin pada seorang gadis yang duduk di ayunan. #Optatissimus
  • “Aku menyebutnya mukzizat. Kamu menyebutnya.. sinting!” #Optatissimus
  • Suatu Hari yang Waras Ketika Kamu Sadar bahwa Kamu Sinting. #Optatissimus
  • Kabut, Gema dan Segala Hal yang Bisa Berlangsung dalam Kepalamu. #Optatissimus. 
  • “Aku ingin pulang, Andreas…” #Optatissimus. 
  • Tidak ada yang bisa diselesaikan, semua akan sembuh pada waktunya. #Optatissimus
  • "Tuhan yang mana yang sedang kau bicarakan?" #Optatissimus
  • "Kadang itu cuma pikiranmu saja.." #Optatissimus
  • Gak baik menyerah sebelum nyampe tujuan. #Optatissimus
  • Kamu gak haus, kamu gak lapar, kamu juga gak lelah. Kamu cuma gampang menyerah, itu yang menyesatkanmu. #Optatissimus
  • Pikiranku mungkin kacau, tapi instingku tidak. #Optatissimus
  • Kamu sudah mendengar tapi menolak. #Optatissimus
  • "Semakin keras kamu merahasiakannya, semakin mudah aku mendengarnya.." #Optatissimus
  • Hal yang terpenting tidak dapat dilihat oleh mata, hanya hati yang mampu melihatnya. #Optatissimus
  • Kamu tidak mengenal aku, bagaimana bisa kita saling memiliki. #Optatissimus
  • Sejauh yang bisa kuingat, kamu itu orang yang diberkati. #Optatissimus
Andreas seorang pemuda yang tidak begitu percaya dengan namanya Sang Pencipta seutuhnya. Setiap kejadian demi kejadian padahal sudah mengisyaratkan bahwa Sang Pencipta sayang kepadanya. Sampai pada suatu ahri dirinya bertemu dengan seorang aktivis Gereja yang bernama Yunita. Paras wajah cantik dapat meluluhkan hati Andreas yang notabene seorang pengembara. Kehidupan rumah tangga mereka pun berlanjut dengan masalah demi masalah. Tidak hanya permasalahan di keluarga mereka saja, kehidupan lingkungan sekitar mereka pun seakan-akan memaksa mereka untuk terlibat dalam masalah tersebut.


Berita beredarnya film Optatissimus di bioskop mulai tangal 23 Mei nampaknya belum banyak yang tahu soal tayangnya film ini. Nama Rio Dewanto sebagai tokoh utama di film ini pun sepertinya dijadikan bahan jualan untuk mempromosikan film ini yang kurang promosi. Setelah menonton film ini pun saya kecewa ketika film yang tidak begitu buruk bahkan menarik dari segi cerita ternyata kurang dipromosikan oleh tim filmnya ke masyarakat luas. Walaupun mengambil tema yang menjurus ke bidang agama, tapi film ini tidak menjerumuskan penonton atau membimbangkan pikiran penonton soal agama di film ini seperti apa. Dirmawan Hatta sebagai penulis skenario dan sutradara juga memiliki PR untuk film selanjutnya. Jika mengingat filmography Dirmawan sebagai penulis skenario, nampaknya karakter beliau di film Optatissimus tidak berbeda jauh cara dialognya ketika di film Keumala. Dengan dialog mengandung unsur sastra, namun di film Optatissimus jatuhnya seperti mengkhotbahkan penonton. Dirmawan sebelumnya juga pernah menjadi penulis skenario The Mirror Never Lies, May dan King.

Secara keseluruhan film Optatissimus memberikan cerita yang menarik dengan para pemain yang mampu membangun karakter kuat di film ini. Setidaknya ada beberapa karakter yang dapat diingat sampai anda keluar dari bioskop, salah satunya orang gila yang dipasung. Sosok Rio Dewanto di film Optatissimus bisa dibilang tercampuradukkan dari berbagai peran yang sudah dia perankan di film sebelumnya. Diantaranya film Mursala dan Modus Anomali. Konsistensi logat yang diberikan Rio di film ini bisa dibilang kurang karena terkadang "Sumatera" dan terkadang "Jakarta". Pengambilan gambar di film ini begitu indah dengan didukung tempat-tempat yang menarik seperti kebun, danau dan kawasan berkabut. Dari segi penata musik, beberapa bagian bisa dibilang pas di film ini. Akhir kata film Optatissimus ide cerita yang menarik yang sayangnya terdapat pengulangan dialog dan kurangnya promosi dari film ini ke masyarakat luas. :Salam JoXa:

7/10


Trailer:


Komentar