Review: MIKA (2013)

Walaupun menderita penyakit scoliosis, Indi tidak pantang menyerah untuk tetap menghibur dirinya sendiri. Dengan alat penyangga pun dia harus menggunakannya setiap harinya. Orang sekitarnya justru yang pontang panting khawatir bagaimana untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Sampai suatu hari dia bertemu dengan seorang Malaikat, julukan yang ditujukan kepada Mika, seorang penderita AIDS. Indi justru tidak takut ketularan oleh virus AIDS yang Mika derita. Dia merasa senang bisa berteman dengan Mika karena menurutnya sosok Mika adalah teman yang bisa mengerti penyakit yang dia derita saat ini. Semua berubah menjadi pilu ketika kondisi fisik Mika lambat laun semakin melemah. Akankah Indi dan Mika tetap bersama berjuang melawan penyakit masing-masing mereka ini?

Sampai minggu kedua perfilman Indonesia di tahun 2013 nampaknya mulai beragam. Dari komedi, drama kolosal, thriller action, drama komedi keluarga sudah menghiasi 2 minggu terakhir ini. Di minggu ketiga muncul lagi 2 film Indonesia baru, yang salah satunya bergenre romantis komedi dengan penyakit di dalamnya. Kalau sudah menyinggung soal penyakit di perfilman Indonesia pasti langsung khawatir bakal banyak tangis air mata di sepanjang filmnya. Akankah film terbaru yang berjudul MIKA seperti demikian?

Vino G Bastian dan Velove Vexia di film MIKA
Jika melihat trailer film MIKA, penulis kecewa dengan hasilnya. Untunglah kekecewaan tersebut diobati ketika penulis melihat langsung film MIKA secara utuh di bioskop. Dan hasilnya ternyata jauh lebih menghibur daripada trailernya. Secara keseluruhan MIKA memberikan sisi hiburan tersendiri untuk sebuah film Indonesia yang di dalamnya terdapat tokoh yang menderita suatu penyakit, belum lagi 2 tokoh sekaligus mengidap penyakit. Penyakit yang diderita oleh masing-masing tokoh pun ada AIDS, lever dan scoliosis. Ya singkat cerita film MIKA adalah film yang gudangnya banyak penyakit. Lalu apa sebenarnya sisi menghiburnya film ini? Opening title film MIKA bisa dibilang menghibur dengan sisi visualisasi yang ada. Selain itu ketegaran dari kedua tokoh utama yang menderita penyakit pun cukup kelihatan di film ini. Jadi jangan langsung menjudge kalau film ini akan banyak tangis air mata seperti film Indonesia dengan bumbu penyakit yang sudah-sudah selama ini. Sinematografi di film ini juga terlihat dan manis, beberapa adegan walaupun lokasi yang terlihat biasa, menjadi luar biasa ketika pengambilan gambarnya yang manis.

Chemistry antara Vino G Bastian dan Velove Vexia, yang di film ini juga merangkap sebagai Executive Produser, terlihat begitu manis dan rapi. Walaupun karakter Vino di film ini tidak begitu memorable sebagai sosok MIKA, beberapa karakter Vino di film sebelumnya masih saja terbawa di film ini. Untuk Velove yang bermain di film kedua setelah Cewek Gokil disini agak lebih sedikit matang karakternya. Sosok girly justru lebih ditonjolkan di film ini daripada sosok tomboy Velove sendiri. Jalan cerita film ini sebenarnya terlihat biasa saja, belum konflik yang tiba-tiba muncul dan terasa begitu cepat mengakhiri film ini begitu saja pun begitu terasa di film ini. Selain kedua tokoh utama tersebut, juga ada Andri Mashadi, Dallas Pratama, Donna Harun, Drama, Framly Nainggolan, George Timothy, Henny Zulyani, Izur Mochtar, dan Hans Hilman. Akhir kata terima kasih kepada Indra Herlambang, MC Infotainment kondang tanah air untuk naskah skenarionya, sinematografi dari Padri Nadeak, dan Amalia TS, dan kepada Lasja Fauzia Susatyo untuk menyutradarai film ini. :Salam JoXa:

8/10

Trailer:

Komentar