Review: Jakarta Hati (2012)

Sebuah film omnibus ketujuh dengan judul Jakarta Hati di sepanjang tahun 2012 setelah sebelum ini tayang film Histeria, Dilema, Sanubari Jakarta, Sinema Purnama, Kita Vs Korupsi dan terakhir Part Of The Hearts. Cukup banyak dan menjamur nampaknya film dengan tipe omnibus. Untungnya sampai saat ini genre di film omnibus tersebut cukup beragam. Jakarta Hati film omnibus yang disutradarai oleh Salman Aristo hadir dengan 6 kisah. Mari intip keenam kisah tersebut, dibawah ini:

Orang Lain
Berkisah tentang dua orang yang sedang sama-sama mengalami masalah. Dan nampaknya mereka menjadi korban orang lain dari pasangan mereka masing-masing.

Masih Ada
Berkisah tentang kehidupan seorang pejabat Negara yang sejak pagi mengalami kesialan sebelum berangkat menemui kliennya.

Kabar Baik
Seorang polisi dihadapkan sebuah kasus. Kasus tersebut ternyata melibatkan ayahnya sendiri yang sudah lama tidak pulang dan kini kembali dengan sebuah deretan kabar mengejutkan ke anaknya. Apakah ini kabar baik?

Hadiah
Seorang ayah satu anak yang berprofesi sebagai penulis skenario film ini sedang dihadapkan sebuah dilematis dalam hidupnya. Keuangan dia menipis, anaknya meminta dibelikan kado untuk temannya yang berulang tahun, sementara itu teman si penulis ini memohon kepadanya agar menerima tawaran dari seorang produser demi membantu kehidupan keluarganya.


Dalam Gelap
Sepasang suami istri sedang terjebak di dalam kamar dengan keadaan gelap gulita karena adanya pemadaman listrik bergilir. Mati lampu malah membuat masalah datang diantara pasangan ini.

Darling Fatimah
Berkisah tentang seorang perempuan penjual dadar guling di sebuah pasar subuh yang memendam rasa cinta kepada seorang pemuda. Akan tetapi perempuan itu menunggu keberanian pemuda tersebut untuk meminangnya.

Secara keseluruhan film omnibus Jakarta Hati memberika kesegaran tersendiri. Kesegaran itu terlihat dari cerita dan kisah yang diangkat menyinggung ke topik pembahasan yang sedang trend saat ini. Selain topik yang diangkat terlihat segar, deretan para pemain pun nampaknya tidak perlu diragukan lagi. Contohnya saja Asmirandah, Agni Pratistha, Dion Wiyoko, Framly Nainggolan, Slamet Rahardjo, Surya Saputra, Agus Kuncoro, Dwi Sasono, Shahnaz Haque dan Bastian "Cowboy Junior".



Untuk masalah pendalaman karakter, nampaknya agak kurang seimbang dari keenam segmen di film ini. Bisa dibilang karakter kuat hanya terlihat pada 2 segmen saja, selebihnya hanya berdasarkan kekuatan "image" pemain tersebut yang pada dasarnya memang mampu bermain seperti itu alias jadi dirinya sendiri. Untuk pemilihan urutan segmen di film ini nampaknya pas sekali karena emosi penonton dibuat turun naik dan tidak datar dari awal film sampai akhir. Setidaknya dari 6 segmen yang diberikan, ada 3 segmen yang menghibur. Untuk scoring film ini kurang banyak diberikan ke film ini. Beberapa adegan cenderung kosong dan tanpa suara sekalipun. Padahal kalau ada balutan sedikit scoring akan lebih meresapi maksud dari segmen tersebut.

Salman Aristo di film keduanya kali ini agak cukup disayangkan sedikit menurun dari segi cerita. Kalau boleh jujur, dari segi cerita yang kuat, Jakarta Maghrib karya beliau sebelum ini jauh lebih kuat. Akan tetapi untuk segi teknis, Salman di film Jakarta Hati naik kelas karena disini terlihat lebih rapi dan indah sinematografinya. Melalu film Jakarta Hati, penonton akan diberikan cerita dimana apa yang terjadi sebenarnya di Ibukota Jakarta sepanjang satu hari. Dari cerita tersebut pun tersimpan gambaran hati sebenarnya warga DKI Jakarta seperti apa. Agak cukup disayangkan sih jikalau kalian melewatkan film Jakarta Hati dan lebih menunggu film ini tayang di TV. :Salam JoXa:

7,5/10


Trailer:

Komentar

  1. Masih Ada itu bukannya bertemu rekannya anggota DPR juga?
    Kan ada becandaannya tentang jam tangan Rolex "Itu lagi studi banding kemana?"

    BalasHapus
  2. Iya betul. Kan biar gak spoiler. Makanya sebutnya kliennya.

    BalasHapus

Posting Komentar