Review: Enak Sama Enak (2012)


Wawan, Ade, Kudil tiga mahasiswa yang belagak keren dan tajir di depan mahasiswi cantik di kampusnya. Ade, konon kabarnya anak juragan jengkol dan selalu nyentrik dengan kacamata putihnya. Kudil, mahasiswa keturunan Batak yang poni dan giginya saling beradu. Terakhir, Wawan, mahasiswa yang selalu punya ide licik. Ketiga mahasiswa ini selalu dihantui tante Ros, pemilik tempat kontrakan mereka, karena selalu tunggak uang kontrakan setiap bulannya. Akhirnya mereka bertiga pun berusaha mencari akal agar bisa tetap bertahan dengan mencari uang dari hasil ngamen mereka bersama Argo, Avis dan Bobby. Akan tetapi kesialan demi kesialan malah mereka dapatkan. Lalu bagaimanakah nasib mereka selanjutnya?

Chiska Doppert bisa dibilang cukup produktif di tahun 2012. Semenjak sukses dengan film pocong juga poconggg di tahun 2011, nampaknya kepercayaan para produser mulai jatuh berdatangan kepada wanita yang sempat dikabarkan nama samaran dari Nayato. Produksi film-film beliau pun paling apesnya mencapai perolehan penonton sekitar 50 ribu saja. Sisanya minimal 90-100ribuan penonton bisa didapatkan beliau disetiap produksi filmnya sampai bulan April 2012. Namun sayangnya beberapa produksi dari beberapa diantaranya memberikan komedi jayus bin garing di sepanjang filmnya. Nah, bagaimanakah nasib dari film Enak Sama Enak?

Enak Sama Enak film Chiska Doppert ketiga kali ini di tahun 2012 dengan genre komedi (film kedua dari genre yang sama setelah Love Is Brondong). Nampaknya setelah Love Is Brondong yang terlihat garing bin jayus dan tidak ada cerita, Chiska tidak jera untuk membuat genre yang sama. Di Enak Sama Enak ini, Chiska bisa dibilang ingin menempatkan grup lawak team lo ini sebagai penerus Warkop DKI yang sempat dulu popular. Dengan mendepankan Ade, Kudil dan Wawan pastilah mengingatkan penonton kepada personil Warkop DKI. Belum lagi gaya mereka bertiga yang belagak tahu dan tentunya sok tajir dan keren di depan wanita cantik dan sexy pun semakin memperkuat kemiripan mereka dengan grup Warkop DKI.


Tidak ada salahnya sih kalau mereka bertiga terlintas dibuat mirip tapi tak serupa dengan grup lawak Warkop DKI, karena itu sah-sah saja sih sebenarnya. Akan tetapi kalau untuk membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal bahkan terkencing-kencing kayaknya mereka bertiga perlu kerja keras lagi untuk semuanya itu. Di beberapa bagian memang ada bagian mereka bertiga yang tampil begitu jenaka dan lucu, akan tetapi lebih banyak sisi humor yang jayus dan cenderung membosankan yang ingin mereka tampilkan. Kalau boleh jujur Team Lo lebih asyik dinikmati ketika mereka bernyanyi dibandingkan harus berdialog satu sama lain. Aksen Batak ataupun Sunda/Jawa yang mereka berikan malah terkesan maksa.

Akhir kata, Enak Sama Enak yang memiliki tagline tertawalah sebelum diketawain ini nampaknya lebih ditujukan kepada diri mereka sendiri. Usaha Team Lo di debut filmnya ini untuk membuat penonton tertawa nampaknya kurang begitu total, malah cenderung mereka bisa diketawain karena aksi mereka yang tergolong gak jelas dan membingungkan penonton. Team Lo beraksilah terus di panggung saja, untuk di dunia panggung sandiwara atau drama nampaknya kurang begitu pas aksi kalian disini untuk membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. :Salam JoXa:

1/5

Trailer:

Komentar