Review: Penganten Pocong (2012)

Ririn kabur dari hari menjelang pernikahannya dengan Jarwo, anak juragan tomat. Ririn sama sekali tidak mencintai Jarwo, selama ini hatinya hanya milik Rangga semata. Walaupun hubungan dengan Rangga tidak direstui kedua orangtuanya karena masalah perekonomian tapi tidak membuat Ririn patah semangat untuk memutuskan hubungan percintaannya dengan Rangga. Tapi itu tidak semudah itu juga Ririn bisa bahagia dengan si Rangga, karena Marzuki, abang Ririn, bersengkokol dengan keluarga juragan tomat, Tarzan dan istri untuk membuat Ririn menerima Jarwo sebagai suaminya. Dengan rencana melakukan penganten pocong yang dimana Jarwo berpura-pura menjadi pocong. Akankah Ririn berhasil kelar dari rencana palsu semua ini?

Sebelum membahas film Penganten Pocong secara keseluruhan, mari membahas yang berhubungan dulu dengan penjiplakan film ini dengan film pocong lainnya. Jika melihat poster dari film ini pasti di benak pikiran kalian “Mirip poster film apa ya?”, ya begitulah yang gue rasakan ketika melihat poster ini pertama kali. Hanya dengan berbeda setting dan objek saja, maka terasa mirip sekali poster film ini dengan film Pocong juga poconggg. Kalau dari segi cerita pun sama yaitu tentang kekasihnya yang meninggal. Tapi di film Penganten Pocong dibikin sedikit perubahan cerita kalau pocongnya pura alias tidak ada kematian dari peran utama di film ini.

Selain itu dari gaya artistik film ini pun gue merasakan ada beberapa bagian yang sama. Selain tentunya kain putih yang digunakan pocong, rumah yang digunakan Ririn pun cukup artistik dan minimalis walaupun tidak semewah PJP. Selain itu juga ada pengejaran Pocong oleh polisi patrol malam, jika di PJP si pocong ketangkep dan dibawa dengan mobil, di film PP sendiri si Pocong yang menyetir mobil berhasil kabur dari pengejaran polisi tersebut. Selain itu disini juga ada Sundel Bolong cantik, yang dimana di PJP juga ada karakter yang sama. Yang membedakan disini, karakter Sundel Bolong di PP tidak jelas asalnya dari mana, tahu-tahu muncul dan pergi begitu saja di 1-2 scene.. kasihan sekali… Lain halnya jika di PJP bener-bener jelas ada pengenalan tokoh tersebut yang dilakukan oleh Si Kunti.

Sepertinya sekian dahulu perbandingan atau lebih tepatnya penjiplakan film Penganten Pocong dengan film Pocong Juga Poconggg. Sekarang mari membahas film ini. Naskah yang dibuat oleh Jessica Gautama nampaknya cukup gagal untuk mengangkat keorisinalitas dari film Penganten Pocong. Berbagai karakter comedian yang terdapat di film ini pun tidak mengangkat film ini menjadi lebih terlihat menghibur. Malah sebaliknya, semua terlihat garing dan garing. Gaya bahasa andalan mereka dengan menggunakan “Elo.Gue.Cut” pun yang berkesan mau beda dengan film lainnya jatuhnya jadi maksa. Sekalipun suster ngesot nenek tua yang mengucapkan demikian dengan wig putih ala Merlyn Monroe dan ngerokok sambil ngesot pun malah jadinya angin lalu begitu saja.

Gaya penyutradaraan dari seorang Arie Aziz pun nampaknya masih mengambil karya beliau sebelum ini. Selain adanya adegan suster ngesot di film ini, adegan ala detektif di Men In Black pun seperti di film Perjaka Terakhir, miliknya pun terbawa di filmnya kali ini. Untungnya pengisi lagu dari film ini cukup easy listening namun sayangnya terlalu banyak track yang diberikan, jadi malah berkesan seperti promo satu album. Dialog dari film ini pun ada beberapa yang terkesan sok puitis, dan dramatisir sekali. Akhir kata, Penganten Pocong gagal secara keseluruhan jika ingin punya tujuan untuk menyamai kepopuleran Pocong Juga Poconggg. Tidak ada sesuatu yang istimewa atau dibanggakan dari sepanjang durasi 80 menit ini, kebosanan dan kegaringan malah yang akan anda rasakan. :Salam JoXa:


Trailer:

Komentar