Review: Malaikat Tanpa Sayap (2012)

Vino salah satu anak yang menjadi korban broken home. Kenapa broken home? Karena ayah dan ibunya terpaksa berpisah karena kondisi perekonomian ayahnya, Amir, kini telah bangkrut, alhasil ibunya, Mirna meninggalkan mereka dari tempat kontrakannya tersebut. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, yak itulah yang terjadi selanjutnya. Berpisahnya kedua orang tua mereka memberikan dampak selanjutnya bagi Vino. Dirinya kini terpaksa putus sekolah karena uang SPPnya tunggak 3 bulan. Adiknya, Wina, mengalami kecelakaan dan kakinya harus dioperasi kalau tidak mau diamputasi. Di keadaan yang bingung seperti ini, Vino berjumpa dengan Mura yang sedang duduk di ruang tunggu Rumah Sakit tempat adiknya sedang dirawat. Selain bertemu dengan Mura, Vino pun bertemu dengan Calo, seorang makelar organ tubuh manusia. Calo menjelaskan bahwa dirinya akan memberikan uang banyak jika dia mau mendonorkan salah satu organ tubuhnya. Plihan jalan hidup Vino pun ditentukan setelah itu…..

Sebuah karya drama serius dari Rako Prijanto akhirnya muncul lagi di bioskop. Setelah kurang lebih 5-6 tahun tidak membuat drama yang serius, pada tahun 2006 ada Ungu Violet, tahun 2007 ada Merah Itu Cinta. Sedangkan selain itu film2 beliau cenderung lebih banyak drama komedi yang biasa. Di tahun 2010 sebenarnya ada film drama romantis komedi beliau (Roman Picisan) tapi sayangnya kurang greget hasilnya. Dengan di bawah naungan PH besar seperti Starvision Plus, Rako Prijanto membuat sebuah film drama yang di dalamnya terdapat romantika dan keluarga. Film bertema seperti itu nampaknya kini sudah biasa dan bahkan basi untuk yang mengikuti 1 tahun terakhir perfilman Indonesia. Lalu apa yang menjadi keunggulan tersendiri di film Malaikat Tanpa Sayap?

Cerita Malaikat Tanpa Sayap yang dibuat oleh Anggoro Saronto ini bisa dibilang pas kadarnya untuk bisa diikuti sepanjang kurang lebih 100 menit. Bolong-bolong yang terdapat di awal nampaknya masih bisa terjawab di pertengahan film. Konflik yang terjadi pun cukup masuk akal dan bisa terselesaikan dengan baik. Namun sayangnya cara penyelesaian akhir film ini terasa begitu lebay dan maksa sekali. Kenapa harus dibuat seperti itu sih?! Belum lagi karakter-karakter yang berperan disini pun tidak begitu terlalu banyak. Jadi kefokusan penonton untuk mengetahui siapa-siapa saja yang terlibat di film ini masih dalam tahap kewajaran. Walaupun ada beberapa karakter yang nampaknya mengganggu bahkan tidak penting berada di film ini. Salah satunya kasir rumah sakit yang begitu bawel dan overacting di film ini.

Para pemain di film Malaikat Tanpa Sayap nampaknya cukup pas membawakan karakternya di film ini. Surya Saputra sebagai mantan orang kaya yang harus terpuruk dengan masalah perekonomian dan keluarga rasanya pas dari segi mimic dan body languagenya. Walaupun di beberapa adegan ada kostum yang terlalu mahal atau eksklusif untuk orang yang baru saja terpuruk. Disini sayangnya emosi dari Surya tidak begitu gentle sebagai seorang ayah. Entah memang tuntutan skenario atau Surya yang kurang memainkan emosinya. Jadi terkesan pas dan biasa saja. Lain halnya dengan Adipati Dolken yang disini cenderung tidak pas memberikan ekspresi yang tepat di beberapa adegan ketika berinteraksi dengan Maudy Ayunda.

Maudy Ayunda yang merupakan pemanis dari film ini nampaknya bermain aman disini. Gaya anak muda sekarang dengan kostum casual dan kamera lomo digantung serta ipad yang selalu dibawa kemana pun dia pergi. Untungnya disini Maudy tidak begitu dituntut untuk mengeluarkan air mata sebanyak-banyaknya seperti film-film yang sedang trend saat ini. Tapi disini Maudy kasihan juga ya karena tidak memiliki satu pun teman dekat sekaliiena tidak memiliki satu pun teman dekat sekalipun. Apakah karena dia homeschooling jadi tidak memiliki teman satu pun? Chemistry diantara Maudy dan Adipati nampaknya cukup pas diantara keduanya. Kekurangan mereka berdua cuma di intonasi saja, di beberapa pengucapan dialog ada yang kurang jelas nampaknya. Oh iya untuk Adipati yang biasa bermain di film Nayato, sepertinya di film kali ini lebih baik dibandingkan film-film dahulunya.

Beberapa adegan di film ini entah kenapa mengingatkan gue dengan film lain. Jika kalian yang sudah menonton atau akan menonton tolong dilihat adegan dimana Maudy dan Adipati bertemu pertama kali. Cara pengambilan gambar film ini mirip sekali dengan film yang gue lupa judulnya tersebut. Jika ada yang berkenan tolong beritahu saya judul film tersebut. Alunan musik yang mengiring sepanjang film ini bisa dibilang menyatu dan pas dengan situasi yang ada. Tidak lupa juga dialog naskah dari Titien Wattimena sebagai supervisi naskah film ini pun tidak ketinggalan memberikan kegombalan-kegombalan romantika remaja. Akhir kata, Malaikat Tanpa Sayap sebuah film yang aman baik dari alur cerita ataupun karakter-karakter di filmnya. Sepanjang 100 menit bisa dibilang penonton tidak akan terlalu jenuh ketika menonton film ini. Nikmati dan rasakan saja film ini biar seperti yang embun yang tidak berwarna akan tetapi bisa jatuh cinta di daun setiap paginya. :Salam JoXa:

2,5/5

Trailer:

Komentar