Review: The Kick วอนโดนเตะ (더 킥) (2011)

Master Moon seorang atlit takwondo yang telah menjuarai di berbagai tingkat medali. Beliau memiliki keluarga yang kebetulan notabene mengikuti jejaknya. Sang istri, Yoon, yang jago di dapur tapi juga memiliki kemampuan bela diri yang laumayan baik. Begitu pula dengan anak sulung mereka Tae-Yang yang memiliki cita-cita menjadi penari dengan gaya action. Sedangkan anak kedua mereka, Tae-Mi, terkenal dengan gaya high-kicknya. Terakhir anak bungsu mereka Tae-Poong yang memiliki keahlian headbutt. Sampai suatu hari mereka bertemu dengan sekumpulan Suk-Doo yang ternyata kedapatan mencuri keris Thai yang cukup legendaris. Untungnya Tae-Yang melihat itu dan mencoba menggagalkan niat mereka tersebut. Akan tetapi ternyata niat dari Tae-Yang tersebut mempertaruhkan nasib keluarganya.

Film Thailand yang kebetulan tayang di Indonesia biasanya lebih sering berbau romantis komedi. Jika ada yang bergenre horror ataupun action nampaknya bisa dihitung dengan jari saja. Kalau berbicara film action terakhir kali kalau tidak salah film yang berjudul Slice. Di penghujung akhir tahun 2011, muncullah film Thailand baru yang berbau action tapi dibalut dengan kekeluargaan yang kuat di dalamnya, dengan judul The Kick. Secara keseluruhan nampaknya The Kick malah lebih cenderung ke drama komedi dengan balutan musikal action di dalam film ini. Mengapa musikal action? Karena scoring film ini terlihat mendominasi di setiap perpindahan adegan.

Walaupun gue telat sekitar 5-7 menit ketika menonton film ini tapi setelah gue tanya yang sudah nonton ternyata cerita di awal hanya menceritakan bagaimana ayah dari Tae-Yang saja dengan penghargaan yang didapatkannya. Baiklah itu rasanya tidak penting dan tidak memberikan efek apa-apa terhadap adegan-adegan yang gue amati ketika duduk di bangku bioskop tersebut. Bingung dan masih meraba-raba cerita apa yang sebenarnya diangkat dari film ini yang gue rasakan ketika awal-awalnya. Barulah ketika setelah kejadian pertarungan di awal, gue baru mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di film ini. Jadi sekeluarga ini adalah jago takwondo yang memiliki gaya humor yang sedikit lucu namun terkadang garing dan maksa.

Cerita yang dibuat Lee-Jong Suk ini nampaknya cukup terselesaikan dengan baik sampai akhir walaupun sebenarnya ada bagian yang terlewatkan begitu saja dan tanpa adanya penyelesaian yang jelas kepada penonton. Setidaknya selama kurang lebih 100 menit penonton dapat mengalami tingkat kebosanan dan kelucuan dari film ini. Kelucuan dari film ini pun Nampak jelas sekali terlihat 30 menit sebelum film ini berakhir. Keakraban dan kekeluargaan dari Master Moon nampaknya benar-benar diuji dengan adanya berbagai macam konflik yang disajikan di film ini. Konflik-konflik yang ada tentunya tidak serumit agen CIA yang memberantas objek, melainkan sebaliknya terlihat ringan dan biasa saja.

Perpindahan suara atau irama dari film ini nampaknya agak cukup mengganggu. Bagaimana tidak mengganggu, pada waktu suasana menegangkan tiba-tiba berpindah ke adegan yang dibuat lucu tapi terlihat garing. Jadi bisa dibilang kalau mau dispoilerin terlihat sekali di awal film ini banyaknya adegan demi adegan terjadi tapi dengan irama dan suasana emosi yang berbeda pula. Sinematografi dari film ini nampaknya terlihat lumayan oke tapi tidak terlalu indah atau istimewa. Aksi bela diri dari para pemain utama pun terlihat pura-pura atau tidak senatural mungkin. Agak cukup disayangkan sih kalau semua ini hanya sekedar akting belaka tanpa adanya ilmu dasar takwondo dari para pemain tersebut. Malah yang memang benar-benar atlit taekwondo pun itu bukan dari pemain utamanya, melainkan dari pemain pendukung atau pembantu di film ini. Kasihan sekali.

Deretan para pemain disini sebut saja, Jo Jae-Hyeon, Ye Ji-Won, Na Tae-Joo, Kim Kyong-Suk, Petchtai Wongkamlao, JeeJa Yanin. Sedangkan pemain pendukung yang tadi disebutkan sebagai atlit takwondo yang sesungguhnya itu adalah Siritha Pongsiri dan Chatchawan Kwalaor (Thai Nation Taekwondo Athletes), Na Tae Joo dan Kim Kyung Suk (S.Korea Nation Taekwondo Athletes). Na Tae-Joo sebagai Tae-Yang nampaknya bermain dengan cukup sebagai seorang anak yang memiliki cita-cita menjadi penari bela diri namun harus terhambat karena dirinya juga seorang yang sering menjuarai berbagai olimpiade di sekolahnya. Rasa kekeluargaan dari mereka terlihat kuat satu sama lain.

Aksi dari sutradara Prachya Pinkaew yang dulu pernah menyutradarai film Elephant White yang diperankan oleh Kevin Bacon ini nampaknya terlihat lebih baik di filmnya kali ini The Kick. Walaupun kepuasan dan keistimewaan dari film ini tidak terlihat setelah film ini berakhir, ya setidaknya film ini cukup bisa menghibur di tempat yang sesuai dan wajar. Lupakan saja aksi-aksi yang terlihat palsu di sepanjang film ini. Kepalsuan itu pun terbukti dari adanya penayangan Behind The Scene dari film ini selama credit title film ini muncul. Walaupun kualitas musik yang dihadirkan juga agak mengecewakan tapi setidaknya kepolosan dari anak kecil sekelas Tae-Poong di film ini mampu menutupi semuanya itu. Film keluarga yang cukup menghibur! :Salam JoXa:

2/5

Trailer:

Komentar