Review: Kafan Sundel Bolong (2012)

Deden bersama kedua sahabatnya bisa dibilang memiliki hobi yang sama yaitu minum-minum dan pergi ke klub malam bersama gebetan mereka masing-masing. Tapi Deden berbeda dengan kedua sahabatnya itu, perbedaan fisik dan ketidakberuntungan mendapatkan gebetan yang aduhai menjadi kendala dirinya. Akhirnya, Deden meminta Munap, teman satu kontrakan rumahnya, untuk pergi ke dukun biar dirinya bisa cepat kaya dan mendapatkan apa yang diinginkannya terutama hati dari Cherry, gebetan salah satu sahabatnya yang begitu didambakannya. Ternyata setelah menuruti seluruh syarat yang dianjurkan Tante Sun, Deden dan Munap digentayangin oleh Sundel Bolong dan Pocong Mata Sembab. Siapakah mereka sesungguhnya?

Nama produser KKD rasanya bukanlah asing lagi di telinga pecinta film Indonesia sampai di tahun 2012. Kurang lebih beliau telah memproduseri film sekitar 4-5 buah yang dilempaar dengan setan busuk dan bikini dimana-mana yang hanya menonjolkan belahan dari payudara saja. Dan yang paling penting, beliau bisa dibilang produser yang selalu membawa aktris bokep dari luar negri untuk bermain di filmnya. Entah iming-iming apa yang bisa membuat perempuan-perempuan bokep tersebut bisa kemakan rayuan pria keturunan India ini. Dan kini di tahun 2012 beliau kembali dengan film terbarunya Kafan Sundel Bolong.

Jika kalian pernah membaca embel-embel sepotong kalimat dari film ini “Sebuah Penghormatan untuk Sang Ratu Horror SUZANNA”, rasanya itu sebuah penghinaan besar dari film ini. Rasa penghormatan itu seperti sepertinya hanya taktik dari KKD untuk menjual filmnya kali ini. Ini apa karena deretan para pemainnya yang kurang begitu menjual dibandingkan 4-5 film beliau yang tayang di tahun 2011? Hmm mungkin itu bisa dijadikan sebuah alasan yang masuk akal. Kenapa tidak menjual? Menurut gue nama Arumi Bachsin sekarang ini rasanya kurang menjual ya, dari sisi kecantikan pun rasanya tidak begitu cantik amat. Apa dari keseksian tubuhnya? Hmm rasanya tidak menjual sama sekali.

Jika kalian berpikir kalau film Kafan Sundel Bolong itu ada unsur sex, making love dan bikini dimana-mana rasanya kalian itu adalah orang sok tahu. Untuk kali ini gue cukup kaget dan heran entah malaikat apa yang merasuki Yoyonk sebagai sutradara film ini untuk membuat filmnya ada pesan di dalamnya. Pesan di sebuah film? Yak! Itu yang terjadi di Kafan Sundel Bolong! Akan tetapi sayangnya pesan yang ingin ditonjolkan dengan baik dan positif harus hilang dan pudar yang berakibat lewat begitu saja karena sisi jayus dan garing cerita yang dibuat oleh Aziz Gagap bersama Udin Penyok. Belum lagi backsound musik yang lebay dan begitu aktraktif semakin membuat film ini semakin kacau.

Pesan yang ingin diangkat dari film ini sebenarnya sederhana saja sih yaitu “Carilah duit yang halal”. Dan itu akan dipajang dengan jelas di akhir film ini sebelum credit title muncul. Bersiaplah pusing dan muntah dengan adegan-adegan yang menjijikan di film ini. Diantaranya mengeringkan celana yang basah dengan pengering tangan yang biasa di toilet, membersihkan hajat dengan minuman jeruk, dan sebagainya. Memang sih beberapa adegan mengingatkan kita akan film Mr Bean tapi yasudahlah biarin saja penjiplakan yang dilakukan Yoyonk di film ini, namanya juga usaha untuk membuat film. Namun sayangnya penjiplakan adegan tersebut terasa mentah dilakukan oleh Aziz disini. Rasa humor Aziz entah kenapa di film ini terlihat jauh menurun dibandingkan di film-filmnya dahulu bersama Nayato.

Akhir kata, Kafan Sundel Bolong sebuah film penghinaan bukan penghormatan terhadap Ratu Horror Suzanna. Sangat sungguh disayangkan jika kalimat embel-embel tersebut dijadikan untuk menjual film ini. Walaupun ada pesan yang terdapat di film ini namun kekurangan-kekurangan dan kebosanan di sepanjang film ini tidak bisa ditolerir lagi. Sudah tidak ada adegan wanita seksi, kualitas humor yang diberikan garing pula. Huh! Nampaknya film Kafan Sundel Bolong sebuah film pertobatan pertama dari baginda KKD dari gentayangan payudara di sepanjang filmnya tapi tetap mengandalkan seta dengan muka bubur basi. :Salam JoXa:


Trailer:

Komentar