Review: Berbagi Suami / Love For Share (2006)

Poligami di masa dulu ataupun sekarang sepertinya tidak pernah selesai masanya. Poligami rasanya seperti ajang perlombaan menikahi wanita sebanyak-banyaknya asal mampu membiayai wanita tersebut seadil-adilnya. Itu tidak dipikirkan secara panjang bagaimana nasib mereka jika memiliki banyak keturunan. Apakah mereka sanggup membiayai serta menjalani semuanya dengan adem ayem begitu saja? Semua rasanya kembali lagi dari kesiapan mental dari yang melakukan poligami tersebut. Di film Berbagi Suami atau Love For Share, penonton diajak untukk melihat bagaimana kisah dari ketiga perempuan ini yaitu Salma, Siti dan Ming dimana mereka menjadi korban dari poligami dan adanya juga keterkaitan mereka satu sama lain.

Salma, seorang dokter ahli kandungan, yang memiliki suami seorang Pak Haji anggota politik yang tega selalu memberikan “kejutan” terhadap dirinya. Itu juga sudah biasa dirasakan Nadim anak semata wayang mereka yang dari kecil sudah merasakan hal itu, sehingga membuat Nadim menjadi seorang yang menentang adanya poligami. Lain halnya dengan Siti, gadis Jawa yang baru saja ikut dengan Pak Lik ke Jakarta dan tinggal bersama dua istrinya. Siti yang awalnya tidak tahu menahu bahwa akan dipoligami ternyata harus siap lahir dan bathin untuk menjadi istri ketiga Pak Lik. Lain lagi dengan Ming, seorang pelayan restaurant bebek panggang tempat Koh Abun yang juga menjadi menjadi istri mudanya. Walaupun istri dari Koh Abun, Cik Linda, sudah mengetahui peristiwa itu tapi tidak langsung membuat dirinya panas dan berontak begitu saja.

Rasanya agak telat sekali ya gue menonton Berbagi Suami di tahun kelima setelah penayangan di bioskop. Ya bisa dibilang gue cukup beruntung juga ketika ada acara Retro To Nia Dinata pada tanggal 3-5 November di Blitzmegaplex Pasific Place karena disana ada penayangan beberapa karya dari Nia Dinata yang diputar kembali. Sebelum menonton memang sih gue sudah banyak membaca review-review yang mengatakan film Berbagi Suami salah satu film terbaik di 10 tahun terakhir ini. Hmm rasanya memang cukup menariklah kalau dilihat dari embel-embel tersebut. Dan hasilnya adalah gue lumayan puas dengan hasil Nia Dinata kali ini walaupun belum terlihat puas dan istimewa sekali tapi setidaknya gue merasakan suatu tontonan yang menghibur dan segar untuk dinikmati walaupun sudah produksi lama sekalipun.

Cerita yang ditulis oleh Nia Dinata kali ini bisa dibilang langkah awal dirinya meletakkan masalah politik di dalam filmnya (gue lupa kalau Arisan! seperti apa). Terbukti setelah tahun 2006 atau produksi film berbagi suami dirinya selalu menempelkan sedikit masalah politik dan agak sedikit menyentil mereka walaupun sebenarnya belum tentu didengar mereka atau tidak. Benang merah film ini lebih menuju ke arah Poligami dimana dari ketiga peristiwa tokoh tersebut memiliki permasalahan tersebut. Cara menceritakannya di film ini bisa dibilang agak cukup beresiko loh kalo ditonton oleh orang awam. Karena kalau sampai kedodoran dari editornya maka ceritanya pun akan buyar dan berantakan di pertengahan film.

Dengan menonton Berbagi Suami penonton bisa bercermin dan sadar bahwa sebenarnya sebagian besar dari film ini merupakan pencerminan dari kehidupan sehari-hari. Berbagi Suami bisa dibilang film yang cukup berani untuk mengambil tema tentang Poligami, dan didalamnya juga terdapat unsur politik serta adanya unsur GLBT didalamnya. Bisa dibilang penata artistik dari film Berbagi Suami pantas mendapatkan penghargaan FFI 2006 di bidang artistik terbaik, karena artistik dari film ini begitu terartistik dengan baik. Begitu pula dengan penata suara dari Bemby Gusti, Aghi Narottama, dan Ramondo Gascoro yang begitu menyatu dengan perasaaan yang campur aduk di film ini.

Sebenarnya cerita dari Berbagi Suami ada beberapa kurang kuat di dalamnya tapi untungnya saja terbayar dengan penampilan para pemainnnya yang menakjubkan. Bisa dibilang pemain-pemain yang mendukung film ini, sekarang sudah semakin terkenal dan berkualitas dari kemampuan aktingnya. Yang cukup membuat gue terkesima yaitu kehadiran Atiqah Hasiholan yang dulu paras wajahnya seperti Lola Amaria.

Wajah Atiqah disini sudah kelihatan cantik dari dulunya dan tidak lupa juga kualitas aktingnya disini walaupun cuma sebatas sebagai suami ketiga Pak Haji tapi berhasil dibawakannya dengan baik. Pemain lainnya adalah Rieke Diah Pitaloka, Jajang C. Noer, El Manik, Winky Wiryawan, Nungki Kusumastuti, Dominique Agisca Diyose, Tio Pakusadewo, Ira Maya Sopha, Reuben Elishama, Shanty, Ria Irawan, Lukman Sardi, Lula Kamal, Alvin Adam, Maudy Koesnaedi, Dewi Irawan, Laudya Chintya Bella, Melissa Karim, Yuanita Christiani, Aming, Ikke Nurjanah, Joko Anwar dan Ronny P Tjandra.

Akhir kata Berbagi Suami adalah karya produksi Nia Dinata yang terbaik kedua setelah Arisan!. Dengan menonton film ini penonton bukan diajarkan tentang poligami melainkan sebaliknya penonton dihadapakan suatu pilihan dimana mereka harus siap menanggung resiko yang akan mereka jalani nantinya jika mengambil jalan poligami. Berbagi Suami merupakan salah satu film Indonesia yang inspiratif dan mengandung banyak ilmu yang bisa dipetik! ;Salam JoXa;

3,5/5

Trailer:

Komentar