Review: Tarung (City Of Darkness) (2011)



Opini-opini rasa penasaran untuk menonton film ini dari berbagai movie blogger terlintas keluar ketika melihat trailer film yang awalnya berjudul Serangan Maut ini. Dan entah kenapa tiba-tiba masuk LSF dengan judul City Of Darkness atau Tarung. Rasa penasaran yang terlontar dari mereka pun dirasakan gue secara pribadi, rasanya tidak salah dan lebai jika terjadi semua seperti ini. Karena “kick ass” alias sutradara film ini pun sebenarnya lebih terkenal dengan film-film horror yang belum memiliki tujuan arah yang jelas. Lalu bagaimanakah hasil secara keseluruhan film ini sesungguhnya? Simak review curhatan josep berikut ini tentang film Tarung (City Of The Darkness).
Semua berawal dari kisah persahabatan empat anak panti asuhan Bunda Mulia milik Ibu Lastri yang diantaranya Reno, Choky, Daud, dan Galang. Persahabatan mereka bisa dibilang cukup kuat sampai usia mereka dewasa. Bahkan sampai salah satu teman mereka, Reno, yang keluar dari penjara pun karena masalah pembunuhan, mereka tetap solid seperti sedia kala. Setelah Reno keluar pun ternyata bos preman dari anak buah yang pernah dibunuh Reno, balas dendam terhadap dirinya. Galang dan Daud sebagai teman Reno yang begitu emosional tidak mau menerima semua ini begitu saja. Tidak jauh berbeda pula dengan Choky, yang terlilit hutang oleh bandar narkoba dan kini pun harus menanggung resiko dikejar-kejar segerombolan misterius. Persahabatan mereka pun kali ini diuji dengan motto mereka “Satu terluka, semua terluka”.
SAMA SAJA & SEDIKIT BERTOBAT! Yak kata-kata itu yang terlintas di pikiran gue setelah menyaksikan film Nayato Fio Naula kali ini yang mulai bergeser ke arah action. Kenapa sama saja? Yak konsep cerita, mau dibawa kemana film ini, dan terutama yang paling penting lokasi tempat yang tidak jauh berbeda sama sekali! Malah disini totalitas parahnya Nayato terlihat sangat jelas. Gue mengagumi sosok beliau bisa dibilang karena pengambilan gambar yang indah, stabil dan enak dipandang ketika ditonton. Namun kali ini gue dikecewakan beliau karena hampir 5 x gue hitung ketidakstabilan pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan kebanyakan blur alias tidak jelas!
Kenorakan lainnya Nayato di film ini antara lain banyaknya pengambilan gambar kereta api yang terlintas. Memang sih kereta api sudah langganan Nayato, tapi apakah wajar jika pengambilan gambar kereta api sampai 15-16 kali sepanjang 85 menit? Gue rasa ini terlalu berlebihan, akan tetapi kalau ini ada hubungannya dengan Hantu Lintasan Kereta Api yang konon kabarnya dia akan buat ya tidak masalah juga sih *gosip*. Belum lagi editing dan cara pengambilan gambar aksi dari apra pemain terlihat begitu aksar dan cepat sekali, sehingga tidak terasa “feel” bertarung disini. Mungkin dalam benak Nayato kata “tarung” itu yang penting pukul-pukulan dengan alat dan bisa menumpahkan banyak darah dimana-mana yang sampai membuat gue bingung sampai segitunyakah bertarung sebagai seorang lelaki?
Pengambilan gambar yang tidak fokus, ketidakindahannya gambar yang dihasilkan, aksi tarungnya yang terlihat kurang greget, nah sekarang masalahnya di bagian musik. Opening musik lebai mengingatkan gue seperti film-film horror Nayato lainnya, gue nyaris sakit kuping mendengarnya padahal genre film ini action tapi seperti thriller dan horror. Di beberapa bagian film ini untungnya scoring cukup terlihat drama sekali. Sumpah gue kaget banget kalau ternyata Nayato bisa menampilkan drama yang cukup menyentuh dan sedikit religi di filmnya seperti ini! Tapi kembali lagi ke bagian editingnya, karena menempatkan perpindahan gambar seperti tidak dipikirkan dengan baik. Contohnya, ketika ada adegan yang cukup bermoral dan sopan, eh tiba-tiba adegan berikutnya menampilkan adegan bikini di kolam renang! WTF with you Nayato?!
Para pemain disini bisa dibilang “reuni keluarga anak kesayangan Nayato”. Bisa dibilang Cuma Zacky Zimah dan Azis Gagap yang absen disini, sisanya para pemain cowo yang pernah nongol sebagai pemeran utama ataupun pendukung di film-filmnya Nayato dahulu. Sebut saja, Guntur Tri Yoga, Khrisna Patra, Daud Radex, Raymond Knulich, Fikry Baladraf, Gouw Hartono dan terakhir Volland. Untuk pemain wanitanya bisa dibilang Cinta Dewi yang cukup beruntung bisa dipilih Nayato di filmnya kali ini bersama “pemain cowo kesayangan Nayato” yang memiliki fisik dan tampang yang cukup baik. Namun disini gue cukup ilfill melihat penampilan Cinta Dewi. Jika dibandingkan penampilannya di Pelet Kuntilanak beberapa bulan lalu, gue lebih sreg melihat dirinya disana, terutama bagian paling sensitif sekalipun yaitu ketiak. Oalah apa krena Cinta saking excited mendapatkan peran bersama-sama para pria maka dirinya sampai lupa membersihkannya?
Satu lagi yang cukup parah dari film ini adalah bagaimana kekuatan dari para pemain yang begitu kuat dari tembakan peluru ke perut namun bisa tetap bertarung, walaupun terkena luka baret di muka namun besoknya pulih dengan cepat tanpa bantuan dokter sama sekali. Dan terakhir, luka yang dialami para pemain pun bisa berpindah seenak jidat bagian make-up artistiknya! Kayaknya gue tidak usah memberikan kesimpulan secara jelas lagi terhadap film ini. Beberapa curhatan gue diatas sepertinya sudah memberikan gambaran apakah sesungguhnya yang terjadi di film TARUNG. Akhir kata silahkan berTarung sendiri di bioskop kesayangan anda!


Trailer:

Komentar