Review: The Ledge (2011)

Gavin, seorang atheis, sedang mengalami kegalauan dalam hidupnya, dirinya harus mengambil keputusan diantara dua pilihan yaitu melompat dari tepi atas gedung atau wanita yang dicintainya secara terlarang, Shana. Joe, sebagai suami Shana, merasa pantas melakukan hal tersebut kepada Gavin. Dengan lebih mengandalkan ilmu agama yang dimilikinya dirinya selalu menjadikan sesuatu menurut berdasarkan kitab suci yang dibacanya. Di sisi lain, Detektif Hollis baru mendapatkan kabar dari dokter bahwa dirinya ternyata mandul. Lalu dirinya pun bertanya-tanya darah siapakah yang mengalir di 2 anak yang selama ini dia anggap anak?

Menarik adalah kata yang gue lontarkan pertama kali ketika selesai menyaksikan film ini. Sebelum menonton film ini gue memang belum melihat trailer ataupun membaca sinopsisnya, akan tetapi gue sudah melihat rating dan komentar dari salah satu “suhu” review saya. Di dalam reviewnya memang sedikit menyiggung kalau film ini nantinya ada hubungannya sama atheis dan agama. Setelah tahu akan hal itu, gue semakin penasaran sama cerita yang dibuat dengan tema seperti itu. Daripada penasaran, yuk bareng-bareng simak review curhatan josep berikut ini tentang film The Ledge.

Cerita dan penyutradaraan yang dibuat oleh Matthew Chapman ini bisa dibilang menarik buat ditonton. Berbagai konflik yang dihadirkan sepanjang film ini bisa dibilang cukup beragam saling beradu timpa sana-sini. Diantaranya, bagaimana sikap seorang Joe yang terlihat begitu rohanis sekali, namun ternyata itu tidak begitu terlalu disukai istrinya sendiri. Belum lagi sikap Gavin disini sebagai seorang yang atheis dan memiliki satu kontrakan yang ternyata gay dan memiliki pasangannya sendiri. Satu lagi konflik Detektif Hollis sendiri bersama keluarganya.

Pembawaan alur cerita film ini bisa dibilang maju mundur ya karena memang lebih cenderung menjelaskan tentang asal usul penyebab Gavin bisa berada di atas tepi gedung bertingkat. Sayangnya pembawaan alur tersebut terlihat sekali seperti serakan-serakan gambar puzzle yang harus disusun sendiri oleh penonton.

Cerita atheis dan unsur agama yang gue kira kuat sepanjang film, ternyata hanya sebatas penggalan-penggalan ayat saja untuk menguatkan dialognya. Gue melihat film ini jadi seperti melihat kisah terlarang antara Gavin dan Shana, dan juga kisah teman Gavin yang gay, Chris, bersama pasangannya. Sayangnya, karakter Chris disini tidak begitu banyak digali lebih dalam dan terlihat hanya tempelan konflik saja.

Para pemain bisa dibilang lumayanlah mendalami karakternya masing-masing. Sebut saja Charlie Hunnam sebagai Gavin disini terlihat bermain dengan baik sebagai sosok yang atheis dan teguh pada pendiriannya. Patrick Wilson yang sempat mewarnai perfilman pada bulan Juni lalu dengan Insidious, disini terlihat sebagai suami yang terkhianati dan harus berubah menjadi macan dan siap menerkam siapa saja yang mencoba mengganggu keluarganya. Liv Tyler, aktris yang pernah meraih penghargaan sebagai Best Female Perfomance MTV Movie Awards 1999 di fillmnya Armageddon (1999), disini terlihat tanpa lagi adanya keraguan dalam dirinya untuk berakting. Dengan karakter seorang istri yang menginginkan hasrat dari pria lain yang bukan suaminya cukup berhasil dimainkannya.

SSelain ketiga peran tersebut sebenarnya ada lagi, yaitu Terrence Howard sebagai Detektif Hollis yang terpaksa harus rapuh karena merasa dibohongi istrinya selama ini kalau 2 anak yang dianggapnya anak selama ini oleh dirinya ternyata bukan anaknya. Christopher Gorham yang memerankan peran gay disini bisa dibilang tidak begitu terlalu frontal banget bermainnya malah terlihat aman-aman saja, mungkin faktor jalan cerita yang tidak mau membesarkan kisah Chris sendiri di film ini. Scoring yang indah dapat menghiasi telinga anda di sepanjang film ini.

Akhir kata, The Ledge bisa dibilang tidak begitu terlalu ke arah atheis atau agama tertentu saja. Disini bisa diambil sentilan-sentilan yang dapat diresapi dan dapat diperbaiki di kehidupan anda selanjutnya. Sebenarnya sederhana saja yaitu bagaimana mempertahankan hawa nafsu jika anda memang sudah memiliki status pasangan milik orang lain. Selain itu, dalam menilai sesuatu janglah hitam dan putih, siapa yang bersalah haruslah dihukum karena bla bla bla bla, kita pun sebagai penghukum harus intropeksi juga apakah kita sudah se”putih” dari si korban tersebut? Terkadang itu yang sering kali dilupakan oleh semua orang. Selamat menonton!


3,5/5


Trailer:

Komentar

  1. segera didownload aja. :)
    thanks reviewnya.. silakan-silakan baca2 review di blog saya juga. :)

    BalasHapus
  2. @Akmal Fahrurizal: Thx juga sudah berkunjung ke blog saya.. Sip nanti saya akan berkunjung ke blognya :)

    BalasHapus

Posting Komentar