The Mirror Never Lies (2011)


Keindahan alam Indonesia bisa dibilang salah satu yang patut kita banggakan ke negeri seberang. Sebut saja, Pulau Dewata, Pulau Komodo, Danau Toba, Pulau Belitong, NTB, NTT, dan masih banyak lagi. Rata-rata yang disebutkan tadi juga sudah berkecimpung di dunia perfilman kita sebagai setting tempat yang begitu menawan. Kini di tahun 2011, kembali hadir film Indonesia yang membawa suasana keindahan alam kita, yaitu Mirror Never Lies (Laut Bercermin). Setting suasananya diambil di Pulau Wakatobi. Untuk mengetahui keindahan keseluruhan film Mirror Never Lies mari simak curhatan josep berikut ini.

Cerita berawal dari seorang gadis lugu, Pakis, yang berusia sekitar 12 tahun di sebuah Pulau Wakatobi. Disana dia hanya tinggal bersama ibunya, Tayung. Bapaknya adalah seorang nelayan, mata pencaharian wajib di Pulau Wakatobi tersebut. Namun sudah beberapa minggu ayahnya belum pulang-pulang juga. Pakis dengan setia menunggu kedatangan bapaknya dengan menunggu cermin. Konon kabarnya menurut kepercayaan Suku Bajo, dengan menggunakan cermin Pakis bisa bertemu dengan bayangan ayahnya yang telah hilang. Di lain pihak, ibunya, Tayung tidak mendukung cara anaknya karna itu hanya sia-sia belaka dan sebenarnya Tayung sudah mengetahui keberadaan suaminya tersebut. Akan tetapi, dirinya menyimpan rahasia tersebut dari Pakis dan menyematkan bedak putih ke mukanya sebagai kepercayaan Suku Bajo. Namun, Pakis tidak putus asa karna keberadaan sahabatnya, Lumo, yang selalu mensupport dirinya. Suatu hari, mereka kedatangan tamu dari Jakarta. Tamu itu adalah Tudo, seorang peneliti lumba-lumba yang ingin melestarikan dan melindungi hewan yang sudah cukup langka. Kehidupan mereka pun terus berlanjut dengan berbagai konflik dan dilematika serta keindahan Pulau Wakatobi.

Segar, indah, menghibur, dan menakjubkan adalah empat kata yang bisa gue ungkapkan ketika selesai menonton film Mirror Never Lies. Sebelumnya, gue mereview film ini bukan atas faktor apapun, gue mereview film ini atas kejujuran gue setelah menonton film ini. Terima kasih. Okei, kembali ke review! Salah satu karya sineas muda yang patut dibanggakan! Kamila andinisari adalah sosok sineas muda dibalik hasil karya perfilman Indonesia yang bisa membuat mata gue segar dengan indahnya sinematografi yang diambil, serta pemandangan pulau wakatobi dan dasar laut yang menakjubkan dengan cerita yang menghibur. Sebagai info saja, Kamila adalah anak dari senior sineas perfilman Indonesia yaitu Garin Nugroho. Bapaknya, Garin Nugroho pun ikut terlibat dalam pembuatan film ini sebagai produser. Artis cantik Nadine Chandrawinata pun ikut terlibat di bangku eksekutif produser di film ini. Lalu bagaimanakah sebenarnya cerita film ini secara keseluruhan (selain segar, indah, menghibur dan menakjubkan) Itu?

Pembukaan film Mirror Never Lies mungkin sedikit mengingatkan kita terhadap film Pasir Berbisik karna adanya scene seorang wanita yang sedang bermain dengan pasir di dekat laut. Setelah itu ditampilkannya keindahan demi keindahan pulau wakatobi sesungguhnya, dan juga menakjubkannya dasar laut yang begitu jernih dan apik! Di film ini juga menceritakan bagaimana kehidupan suku Bajo, dan Atiqah Hasiholan yang berperan sebagai Tayung, ibu Pakis, mampu berbahasa suku Bajo dengan baik. Pengertian baik disini adalah dia berdialog tidak kaku dan seperti orang suku Bajo. Kehidupan para nelayan, adata dan tradisi Suku Bajo, mandi di tengah laut, membersihkan kepala dengan ampas kelapa sampai makanan asli Suku Bajo, Kasuami, juga menjadi sorotan yang menarik di film Mirror Never Lies. Balutan scoring yang cukup menarik dan sederhana serta pengambilan gambar gelap dengan suasana sunset poin penting yang tidak dapat kita lupakan dari film ini. Akan tetapi, terkadang pengambilan gambar tidak terlalu fokus ketika mengambil gambar sosok para pemain. Sungguh disayangkan sekali.

Lalu bagaimanakah cerita dari Mirror Never Lies? Menurut secara pribadi cerita yang diangkat sebenarnya cukup berat tapi untungnya skenario yang dibuat Kamila bersama kawannya tidak begitu membosankan. Minimnya dialog menjadi pegangan kuat dari film ini. Mungkin disini para pemain diharapkan bisa ber”main” dengan ekspresi bukan dengan dialog yang banyak. Akan tetapi walaupun minimnya dialog, keindahan alam pulau Wakatobi menjadi andalan film ini. Tidak lupa juga dengan setiap kata dari dialog yang disampaikan pemain ada yang begitu menyentuh dan menggelitik sehingga membuat penonton (saya sendiri, secara nonton 1 studio cuma sendirian) tertawa. Akan tetapi, kekurangan dari film ini adalah kurangnya penjelasan lebih dalam maksud tujuan kedatangan Tudo ke Pulau Wakatobi. Kalau memang dia bertujuan meneliti lumba-lumba, kenapa dia lebih banyak berkecimpung dengan laptop dan headsetnya saja? Bukannya itu sama saja ketika dia berada di Jakarta? Kenapa Tudo tidak mencoba terjun ke dalam dasar laut sebagai bukti dia sedang meneliti lumba-lumba di Pulau Wakatobi. Kalau itu lebih dalam diceritakan pasti selain menjadi ilmu pengetahuan yang lebih dan juga tidak hanya menjadi sekedar tempelan cerita belaka saja.

Pembawaan karakter dari para pemain serta pemilihan para pemain yang pas juga menajdi poin penting dari film Mirror Never Lies. Ketika menonton film ini, gue seperti melihat sosok Gita Novalista (Pakis) di dalam diri Atiqah Hasiholan (Tayung) begitu pula sebaliknya. Dan gue berpikir mereka memiliki hubungan darah semacam tante-keponakan atau sodara jauh, dan ternyata setelah gue cari tahu mereka sama sekali tidak ada hubungan darah sama sekali. WOW Sungguh menakjubkan! Chemistry ibu-anak pun sangat kental dari diri mereka masing-masing. Emosi yang ditimbulkan Gita dan Atiqah begitu keluar dan mendalam dan tahu tempat dimana saatnya meluapkan emosi tersebut dan kapan memendamnya. Secara pribadi, gue memberikan penghargaan khusus kepada Gita sebagai kandidat pendatang anak-anak baru terbaik di tahun 2011.

Kalau Reza Rahardian tersendiri, gue secara pribadi tidak menemukan sosok yang “beda” dari dirinya. Sorry, bukan maksud apa tapi gue seperti jenuh melihat sosok Reza di dunia perfilman akhir-akhir ini. Aktingnya disini tidak istimewa, gue lebih suka akting beliau ketika di film Love Story sebagai orang yang punya kelainan jiwa. Selain Atiqah, Gita dan Reza, sosok pemain lainnya juga tidak kalah menarik dan menghibur. Sebut saja Eko dan Zainal. Eko disini berperan sebagai Lumo, dimana perannya sebagai sahabat yang selalu mensupport Gita (Pakis). Keluguan, kelincahan dan kepolosan akting dari Eko membuat film ini lebih “hidup” dan menghibur. Kebebasan dia ketika berekspresi bisa dipatut ancungi jempol, apalagi sebagai pemain baru. Begitu pula dengan Zainal, yang berperan disini sebagai Kutta, teman dari Pakis dan Lumo. Syair-syair lagu yang dia ciptakan secara spontan menjadi serpihan hiburan yang menghibur dan menarik untuk ditonton.

Overall, film Mirror Never Lies suatu karya film Indonesia yang menarik dan segar untuk ditonton. Dengan menonton film ini penonton akan melihat salah satu keindahan alam Indonesia, Pulau Wakatobi dan dasar lautnya. Selain itu, juga ada selipan ilmu pengetahuan dan pesan yang dapat diambil disana. Dengan pembawaan karakter yang menghibur dan pengambilan gambar yang indah serta menakjubkan, film ini merupakan salah satu film recommended yang wajib di tonton. Saran: segeralah mencari tahu dimana film ini tayang karna copyan film ini hanya sedikit. Di Jakarta sendiri saja hanya 8 bioskop (7 cineplex dan 1 Blitz) yang menayangkannya. Selamat menonton. :cheers:

4/5

Trailer:

Komentar