Batas (2011)

Pemberitaan berita tentang munculnya film BATAS sudah terdengar dari awal tahun ini. Dengan beragamnya kegiatan sebelum diproduksinya film ini sudah banyak diadakan. Salah satunya adanya kompetisi design poster Batas. Dan juga adanya account jaringan social yang sedang merajalela saat ini yaitu melalui facebook fanpage Batas dan twitternya @Lewatibatasmu. Bisa dibilang sekalian ajang promo sebelum film ini tayang di bioskop. Tapi saya secara pribadi tidak berpikir seperti itu karena saya sendiri tertarik untuk menonton Batas karena dibaliknya terdapat orang-orang hebat dan berpengalaman di bidang perfilman. Sebut saja Rudi Sudjarwo di bangku sutradara, Slamet Rahardjo sebagai penulis skenario, Frans Paat sebagai penata artistik. Nama Aktor dan aktris ngetop juga ikut terlibat dalam film Batas. Marcella Zalianty, Piet Pagau, Jajang C. Noer, Ardina Rasti, serta aktor Arifin Putra. Lalu bagaimanakah hasil film Batas setelah menyaksikannya di premiere pada tanggal 12 Mei silam? Simak curhatan josep berikut ini.

Cerita bermula dari seorang gadis, yang baru diberi namanya UBUH ketika bertemu dengan salah satu warga, yang dikejar-kejar oleh 2 orang didalam hutan. Gadis itu ditolong oleh seorang pria yang bernama Arifin dan lalu membawa gadis itu ke Panglima Adayak untuk ditindaklanjuti. Cerita pun berpindah ke Jaleswari yang sedang tampak kelelahan melewati perjalanan menuju pedalaman Kalimantan bersama seorang supir. Jaleswari berada di pedalaman Kalimantan ditugaskan bosnya untuk mengamati dan mencari solusi dengan program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Jales pun ditambah badmood setelah mobil sewaanya mengalami musibah di bannya dan harus menunggu bantuan dating baru bisa melanjutkan perjalanan. Paginya, Arifin yang sedang melewati tempat mobil sewaan Jaleswari mogok, memberikan bantuan. Setelah permasalahan itu selesai, akhirnya Jaleswari bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tempat yang dia tuju. Akhirnya, Jaleswari akhirnya tiba di suatu kawasan budaya Dayak. Dia pun berjumpa dengan Adeus, salah satu guru di sana, berjumpa pula dengan Panglima Adayak serta bertemu dengan Borneo, anak kecil yang berani dan memilki semangat tinggi.

Disana, Jaleswari mendapatkan pengetahuan tentang adanya perbatasan wilayah Malaysia dan Indonesia yang hanya dilapisi sebuah batu perbatasan saja. Selain perbatasan Negara, terbatasnya pendidikan yang didapatkan dari anak-anak di pedalaman tersebut menjadi kendala bagi dirinya. Serta perbatasan budaya pun menjadi awal tekanan batin yang dialami Jaleswari ketika berada di pedalamalan tersebut. Untungnya ada Nawara, yang dianggap Jaleswari sebagai ibu kandungnya sendiri, yang selalu mendukungnya. Namun demikian, sikap dari rakyat yang tidak suka terhadap kedatangan Jaleswari di sana pun semakin geram untuk mengusir Jaleswari dari tempat mereka. Mereka merasa Jaleswari sudah melampui batas berada disana dan merugikan mereka karena anak-anak jadinya tidak dapat membantu para orangtuanya berladang kembali. Dapatkah Jaleswari melewati batas-batas tersebut dan menyelesaikan misi dia sesungguhnya dating ke pedalaman tersebut?

Suatu karya yang bisa dibilang didukung banyak senior-senior di bidang perfilman Indonesia. Siapa coba yang tidak kenal Rudi Soedjarwo dan siapa pula yang tidak kenal dengan Slamet Rahardjo? Kalau memang pada gak tau gue saranin pada tanya ke om google dah untuk cari tahu filmography mereka berdua. Tapi sorry to say, gue bilang cerita film ini dibuat terlalu banyak konflik, tidak konsistensi dalam satu cerita, dan penggunaan bahasa yang berat dalam dialog antar para pemain. Menurut gue pribadi, judul film ini “BATAS” agak cukup berisiko jadinya, setelah tahu kalau ternyata isi ceritanya seperti menggunakan kata BATAS segampang gitu. Gue tahu ini kisahnya di perbatasan dua negara, tapi kok kayak cuma tempelan yak? Maksudnya cuma kasih tahu ke penonton ini loh perbatasan dua negara kita yang dulu sempat dibicarakan di TV. Seperti yang gue bilang tadi, kalo judul BATAS seperti kata yang diartikan banyak lalu disajikan di dalam film ini. Alhasil, sampai credit title muncul kita pun mendapati banyak makna maksud dari judul BATAS dari film ini.

Dari jajaran para pemain bisa dibilang sangat totalitas dalam berakting, terutama Ardina Rasti yang disini berperan sebagai seorang TKI yang tersiksa akan batin. Walaupun porsi dia di film ini tidak banyak tapi gue secara pribadi lebih terpukau dengan aktingnya dibandingkan pemain lainnya. Secara akting dia disini lebih bermain dalam tekanan batin yang hanya berdialog 2 scene dan tidak sampai 5 kata yang diucapkan sepanjang film ini. Selain itu, para pemain yang menggunakkan dialog bahasa Dayak bisa diancungi jempol, sebut saja Piet Pagau dan Jajang C. Noer karena berdialog dengan lancar layaknya orang Dayak. Pemain baru yang bermain disini seperti Alifyandra dan Marcell Domits bisa dibilang kategori aman untuk sebagai pendatang baru di belantika perfilman. Walaupun gue secara pribadi merasa ada yang kurang dari mereka berdua, gue merasa merasa mereka berdua masing-masing kurang lepas dan enjoy bermainnya. Tapi untuk penampilan perdana ya tidak masalahlah dan masih dalam hal kewajaran.

Dari jajaran pemain utama, seperti Marcella Zalianty dan Arifin Putra bisa dibilang mampu memainkan emosi dengan baik di film ini. Bagaimana sosok Jaleswari yang penuh ambisi dan semangat tinggi berhasil diperankan Marcella dengan baik. Begitu pula dengan Arifin Putra, yang sempat cukup terkenal di filmnya terdahulu di Rumah Dara, kini kembali dengan peran yang lebih kalem dan cerdas. Dari segi sinematografi bisa dibilang sangat memanjakan mata untuk tetap bertahan walaupun cerita yang campur aduk. Teman nonton di sebelah saya sampai berucap “Kameranya pakai apaan sih? Jernih dan bagus sekali hasil penggambarannya!”. Yup, saya setuju dengan teman sebelah saya ketika nonton film ini karena memang agak berbeda dengan film-film Rudi Soedjarwo lainnya.

Overall, film BATAS sebenarnya layak untuk ditonton karena memiliki para pemain dan crew yang sangat berkualitas di dalamnya. Akan tetapi, film BATAS terlalu berat untuk ditonton karena penggunaan bahasa yang diutarakan dalam dialog dan cerita yang mau disampaikan terlalu banyak dan terkadang terlihat hanya sebuah tempelan saja. Sangat disayangkan jika sebuah film memiliki kelemahan di sebuah cerita. Menurut gue pribadi cerita dalam sebuah film haruslah kuat dan stabil, masalah akting para pemain itu bisa nomor sekian. Daripada penasaran, mendingan saksikan BATAS mulai tanggal 19 MEI 2011 di bioskop kesayangan anda! Selamat menonton. :cheers:

2,5/5


Trailer:

Komentar