Blood Creek (2009)

Kisah bermula dari Victor yang mengajak Evan untuk menjalankan misi bersama. Victor dan Evan terjebak setelah membebaskan seorang utusan Nazi, Richard Wirth dari ruang tahanan sejak tahun 1936. Richard sendiri adalah keturunan dari seorang Nazi yang dikirim untuk misi rahasia kekuatan batu hitam. Segelintir kaum Nazi di bawah pimpinan Hitler mempercayai akan adanya kekuatan gaib dari sebuah batu bertuliskan abjad Jerman kuno dari suku Viking. Batu itu tersebar di delapan titik di Virginia Barat. Jika titik tersebut disambungkan, maka akan terbentuk logo Nazi. Hal tersebut membuat Nazi semakin yakin akan kekuatan batu. Wirth menggunakan kekuatan dan energi batu untuk kejahatan. Saat Wirth mulai mengancam, Victor dan adiknya berusaha mencari tahu kelemahan musuh melalui Liese. Wirth dapat menghidupkan manusia serta binatang yang sudah mati. Peperangan pun akhirnya dimulai.

Film yang berjudul asli Blood Creek ini sebenarnya tayang di tahun 2009 silam dan DVD Orinya pun sudah beredar sejak tahun 2010 silam pula, namun entah kenapa Indonesia baru menayangkannya di bulan keempat tahun 2011. Film yang bias dikategorikan semi zombie ini, bias dibilang layak ditonton bagi penggemar film zombie. Kalau boleh jujur gue belum paham secara keseluruhan criteria film zombie. Di film Blood Creek ini, gue merasa sesuatu alur yang begitu lambat dan membosankan di 20 menit pertama. Klimaks dan tujuan cerita baru terasa nyangkut di otak ketika 30 menit akhir menjelang film ini.

Film Blood Creek sendiri disutradarai oleh Joel Schumacher, yang dulu sempat dikenal dengan karyanya yang cukup fenomenal, Batman Forever (1995) dan Batman Vs Robin (1997). Peraih penghargaan film terbaik di tahun 2005 versi Satellite Award (Phantom of Opera) ini mampu memilih pemain-pemain dengan berbagai macam kesulitan emosi, jiwa dan mental untuk membangun karakter-karakternya. Mereka itu adalah, Henry Cavill, Dominic Purcell, Emma Booth dan Michael Fassbender. Hentapan-hentapan senjata dan curahan-curahan darah yang bercucuran di sepanjang film ini mampu membuat penonton yang memiliki penyakit rasa takut darah dan jantung lemah merasa dibuat kaget semua itu. Untungnya pembawaan alur emosi di film ini bias dibilang cukup stabil. Akan tetaapi gue secara pribadi tidak menemukan esensi dari film ini di akhir film, sungguh sangat disayangkan dengan bakat pengalaman sutradara yang banyak namun diakhiri dengan ending yang sepeti itu.

Overall, film ini tidak tergolong basi untuk ditonton di bioskop apalagi jika kalian salah satu penggemar zombie. Jika kalian memiliki kelemahan pada jantung dan takut akan darah, alangkah lebih mengurungkan niatnya untuk menonton film ini, daripada nantinya terjadi sesuatu pada anda sebelum credit title film ini muncul. Selamat menonton. :cheers:


2,5/5

Trailer:

Komentar