The Child's Eye (2010)

Menonton film Horror Asia, bisa dibilang gue cukup jarang sekali untuk tertarik menontonnya. Untuk film horror Asia sendiri, gue baru menonton Shock Labyrinth, Death Bell2. Walaupu keduanya berbeda horrornya tapi bisa dibilang gue cukup puas dengan hasilnya. Kembalinya horror Asia di bioskop Indonesia seperti The Child’s Eye, yang konon kabarnya dalang pembuat film ini pernah membuat The Eye. Siapa sih gak tau The Eye? Film yang cukup fenomenal tersebut mampu mencuri hati masyarakat kecuali saya karena belum nonton hingga saat ini :hammer:. Berikut ini simak aje curhatan josep tentang film ini.

3 pasang kekasih sedang berlibur ke Thailand. Liburan mereka sedikit terganggu ketika adanya suatu kerusuhan di Negara tersebut. Alhasil rencana mereka berniat pulang ke Negara mereka pun harus ditunda, karena bandara pun terpaksa ditutup karena kerusuhan tersebut. Dengan terpaksa, mereka pun menginap di sebuah Hotel tua. Semua kejadian berawal ketika mereka sedang makan. Ada sesuatu keganjalan yang aneh, diantaranya pelayan restaurant tersebut menyajikan makanan sejumlah 7 orang, padahal jumlah mereka 6 orang, kemudian misteriusnya bangkung goyang di tempat makan tersebut. Mereka tidak melupakan begitu saja kejadian di restaurant.

Ditambah lagi dengan kehadiran keluarga kecil bersama seekor anjing yang selalu menatap dengan tajam kepada mereka. Rainie, salah satu dari mereka berniat mencari tahu dibalik semuanya ini. Dia juga sempat memiliki firasat buruk terhadap Hotel Tua ini. Kejadian-kejadian aneh pun menghampiri mereka satu per satu. 3 cowok pun menghilang secara misterius. 1 gadis mengalami luka di tubuhnya. Anjing selalu menggonggong ketika ada yang aneh. Keluarga kecil tersebut menceritakan semua asal-usul semua kejadian yang Rainie dan teman-temanya alami. Mereka bercerita bahwa dalang semuanya ini adalah seorang Lelaki di Hotel Tua tersebut. Dengan bantuan anjing dan salah satu dari keluarga kecil tersebut, Rainie pun mencari tau siapa dan apa maksud dari semua ini.

Cerita film ini bisa dibilang sangat standart ya, karena hanya tentang misi siapa dibalik semua konflik yang mereka hadapi. Keunggulan film ini mungkin di scoringnya yang begitu menegangkan dibagian awal hingga pertengahan. Ketika mulai mendekati akhir, film ini sepertinya sudah kehilangan arahnya untuk disebut sebagai film horror. Gue sih agak cukup bersyukur jika 3Dnya tidak masuk ke Indonesia, karena jika yang nonton biasa pun tidak terasa bahwa adanya 3D. Hanya tangan iseng yang melayang dan bangku goyang, bangku terlempar dan adegan memotong pisau saja yang mungkin dapat dirasakan jika ada 3Dnya. Dibandingkan dengan Shock Labyrinth, gue lebih suka SL karena walaupun 3Dnya tidak tayang di sini, akan tetapi efek-efek 2D yang diberikan berasa 3D. Nuansa di The Child’s Eye pun hampir sama dengan Shock Labyrinth yaitu 1 lokasi untuk mencari sesuatu dan akhir cerita yang sama-sama tidak baik seperti awal filmnya.

Untuk para pemain bisa dibilang tampil ala kadarnya, porsi yang paling banyak di film ini adalah Rainie, salah satu anggota keluarga kecil beserta anjingnya. Sisanya hanya segelintir peran yang numpang lewat dan tidak terlalu banyak memberikan sesuatu kepada film ini. Aksi dari anjing peliharaan Lelaki di Hotel Tua tersebut dibilang paling membuat suasana begitu menegangkan. Kehadiran “arwah” penasaran pun disini juga tidak begitu banyak. Padahal kalau porsi “arwah” tersebut diseimbangkan dengan anjing pasti cerita film ini begitu menarik. Mengenai judul gue tidak memperdulikannya karna sudah terlanjur kecewa dengan akhir film ini. Walaupun tidak buruk, tapi film ini mampu menghadirkan suasana yang begitu menegangkan dari awal hingga pertengahan film. Selamat menonton. :cheers:

2/5


Trailer:

Komentar

Posting Komentar