Cewek Saweran (2011)

Reaksi pertama ketika melihat poster film ini pasti “Ih, pasti film esek-esek”, “pasti sama saja dengan film-film Indonesia yang hanya memperlihatkan eksploitasi tubuh semata”, dan bla bla bla bla. Kalau boleh jujur ye, gue juga berpikir seperti itu. Entah apa maksud dari sutradara film ini untuk mebuat poster dan judul film ini yang begitu murahan sekali. Kalau memang hanya untuk pendongkrak biar film ini laris, sepertinya sedikit masuk akal karena penonton film Indonesia kebanyakan tertarik menonton suatu film dilihat dari judul film tersebut, poster, pemain, dan sutradara (paling terakhir). Terbukti ketika gue menonton film ini, kebanyakan para lelaki yang mungkin beranggapan film ini berbau mesum dan esek-esek. Daripada penasaran dengan film ini, mendingan simak terus curhatan josep tentang film ini

Ayu, gadis Jogja yang memiliki suatu impian seperti ibunya untuk menjadi seorang penyanyi dangdut. Dengan modal nekat dan rasa percaya diri yang tinggi, dia pun pergi meninggalkan ayahnya sendiri dari rumahnya di pinggiran Jogja ke pusat kota Jogja. Di Jogja, dia tinggal bersama Ningsih, tantenya, yang mempunyai usaha salon. Disana ternyata Ayu tidak sendirian, karena Dimas, teman kecilnya, pun ternyata tinggal disana juga untuk kuliah.

Karena tau cita-citanya Ayu ingin menjadi seorang penyanyi terkenal, Dimas pun mengajak Ayu untuk mencoba bernyanyi di suatu panggung, yang konon kabarnya tempat penyanyi-penyanyi saweran dengan bayaran tinggi. Suara yang dimiliki Ayu memang tidaklah jelek, terbukti dengan diterimanya dia di panggung tersebut. Akan tetapi, semuanya itu tidaklah mudah untuk diraihnya, karena berbagai macam persoalan dan tekanan batin pun didapatkan.

Dilihat dari kisahnya, mungkin selintas seperti mirip cerita film Indonesia terdahulu, Mendadak Dangdut (2006). Mungkin yang membedakan disini adalah penempatan setiap peran. Konflik yang dihadirkan film ini pun bervariatif dari persahabatan, pengkhiatanan, kesalahpahaman, hingga percintaan remaja belia. Isi film ini juga bisa dibilang tidak semurah judul dan gambar posternya. Didalamnya, tidak ada adegan-adegan mesum atau memamerkan anggota tubuh secara sengaja. Naskahnya pun begitu kuat hingga akhir cerita.

Dari segi sinematografi, film ini bisa dibilang mengambil gambar yang begitu kelam untuk menggambarkan suasana tahun 90an. Walaupun kelam dengan suasana 90an, tapi gambar yang dihasilkan begitu apik untuk dinikmati. Pelakonan yang dilakoni Juwita disini begitu alami dan sangat menjiwai. Apa karena memang background dia sebagai penyanyi dangdut? Mungkin bisa jadi seperti itu. Pemain-pemain disini juga tidak kalah dibawah standart, karena banyaknya pemain-pemain senior yang bermain disini. Sebut saja, Marwoto dan Djaduk Ferianto. Aksi dari Kriss Hatta dan Harry Izwan disini juga bisa dibilang diatas rata-rata untuk penampilan perdana mereka di layar film (kalau tidak salah).

Pengisi-pengisi lagu di film ini pun begitu catchy dan easy listening banget. Memang terbukti kalau lagu dangdut itu adalah salah satu lagu nasionalisme bangsa kita sendiri. Walaupun hanya sedikit lagu yang disajikan di film ini, akan tetapi itu tidak masalah untuk membuat film ini sangat layak ditonton. Overall, film yang memiliki cerita yang sederhana dengan berbagai konflik untuk meraih suatu mimpi, bisa dijadikan satu tontonan wajib anda di bulan ini. :cheers:

3/5


Trailer:


Komentar

Posting Komentar