127 Hours (2010)

Mungkin jika kita melihat judul film ini, pasti sudah banyak yang melihat trailernya di dunia maya. Dan juga, film ini adalah salah satu film yang cukup banyak ditunggu-tunggu kehadirannya di Indonesia. Karena seperti kita ketahui, film ini telah tayang di Amerika sekitar akhir tahun 2010 silam. Dari trailer film ini sepertinya sangat menarik karena menceritakan bagaimana seorang pendaki gunung. Mungkin akhir-akhir ini, tidak banyak film setipe dengan film ini. Film ini pun disutradarain oleh sutradara yang dulunya sempat terkenal dengan karyanya yang sangat sukses di seluruh belahan dunia, yaitu Danny Boyle (Slumdog Millionaire). Kalau dilihat dari background prestasi sang sutradara, pasti kebanyakan dari kita memberikan ekspetasi yang lebih untuk film ini, ya setidaknya sama dengan karya dulunya atau kalau bisa sedikit melebihi. James Franco, mungkin salah satu aktor yang beruntung karena bisa bekerja sama dengan Danny Boyle. Kita bisa mengenal James dengan debut film terakhirnya di Spiderman 3 dan paling terakhir Eat,Pray,Love bersama Julia Roberts.


Film ini menceritakan bagaimana perjalanan seorang pendaki gunung, yang bernama Aron Ralstons. Dari film ini saya bisa berasumsi bahwa, Aron seorang yang narsis. Mengapa? Karena di film ini Aron sangat menyenangi yang namanya digicam atau handycam. Setiap yang dilakukan dia selama melakukan pendakian direkam oleh dirinya. Mungkin ini sebagai kenang-kenangan dia ketika suatu hari nanti dia sudah tiada. Selama pendakian, dia pernah merasakan bagaimana senang, sakit, menderita, kepanasan dan kedinginan. Dengan apa yang terjadi pada seorang pendaki ini bisa dikatakan suatu hal ketidaksengajaan atau kecorobohan bahkan kecelakaan dari seorang Aron. Alur film ini juga tidak selamanya maju, karena sesekali alur film ini juga mengalami maju mundur dengan layout gambar yang bisa dikatakan menarik dipandang mata. Dari segi pengambilan gambar, film ini juga cukup bagus.



James disini bisa dibilang bermain sangat all out, karena saya sebagai penonton bisa merasakan apa yang dia rasakan. Disini bukan karena saya takut atau apa, tapi bagaimana penjiwaan seorang aktor bisa tersampaikan kepada penonton adalah satu poin plus dimata saya. Setidaknya ekspetasi saya terhadap film ini sesuai. Mungkin kekurangan film ini Cuma di masalah durasi atau naskah. Entah kenapa, saya merasa film ini disisi lain begitu cepat menceritakan sesuatu, akan tetapi di sisi lain begitu lambat. Jadi kalau dianalisa lebih dalam lagi film ini jauh lebih menarik kalau menggunakan logika yang tepat. Untuk lebih jauh, mungkin alangkah baiknya kalian menyaksikan sendiri.



Dengan adanya 3 nominasi yang diraih di ajang Golden Globes, film ini sangat layak untuk masuk ajang tersebut. Disamping kekurangan tadi, film ini juga bisa dikatakan film inspiratif karena di film ini kita bisa mempelajari bagaimana hidup harus dijaga sebaik mungkin dan harus adanya suatu pengorbanan untuk melanjutkan hidup kita nantinya. Overall, saya sangat merekomendasikan film ini untuk pecinta pendaki gunung, pecinta tantangan dan tentunya pecinta film.

3,5/5

Komentar

Posting Komentar