Anakluh (2011)

Idayu adalah seorang single parent selama 18 tahun yang membesarkan kedua putrinya yaitu Mira dan Kirei. Idayu ditinggalkan suaminya sewaktu usia Mira masih tergolong balita saat itu. Sosok kehadiran ayah pun sangat dirindukan Mira dan Kirei, terutama Kirei yang belum sama sekali mengenal sosok ayahnya tersebut. Suatu hari, Idayu tidak sengaja bertemu dengan seorang lelaki yang seumuran dengan dirinya, Nando. Idayu pun menceritakan semua itu kepada kedua putrinya. Kedua putrinya tidak mempersoalkan tersebut, yang pasti lelaki tersebut harus mengerti keadaan ibunya yang single parent. Persoalan pun mulai muncul ketika Nando dipertemukan dengan Mira dan Kirei. Mira terlihat begitu jatuh cinta kepada sosok Nando ketika pandangan pertama, dirinya lupa kalau ibunya sedang menjalin hubungan serius dengan lelaki tersebut. Idayu pun harus memilih diantara dua pilihan yang cukup sulit antara memilih Nando sebagai pujaan hati atau membiarkan Mira memiliki Nando seutuhnya.



Cerita kisah seperti ini pastinya mengingatkan kita dengan film I Love You Om yang diperankan oleh Amanda beberapa tahun silam lalu. Namun demikian, setelah dilihat lebih lanjut, Anakluh sendiri memiliki unsur budaya yang kuat yang ingin disampaikan dari film ini. Sayangnya, unsur budaya tersebut tidak begitu terkena ke penonton karena kurangnya penekanan tersendiri dari film ini. Cerita yang dihadirkan pun terlihat cukup membosankan karena seperti melihat tontonan sinetron di layar lebar. Belum lagi pelafalan dialog antar pemain menggunakan bahasa Indonesia yang sangatlah baku dan terkendali.



Dari jejeran para pemain, gue sendiri secara pribadi agak terganggu dengan pemilihan pemain-pemainnya disini. Gue melihat sosok Rizky Hanggono sebagai pria berusia 40an terlalu muda diperankan olehnya di film ini. Shara Aryo sendiri sebenarnya tidak masalah dengan peran sebagai single parent disini, namun yang disayangkan adalah bagaimana perpindahan mimik dari awalnya gelisah menjadi ceria terlihat sulit sekali dibuat oleh dirinya. Walaupun aktingnya bagus tapi terkadang lebih banyak datarnya. Masayu Clara dan Suci Winarta pun terlihat masih kaku dan menghafal dari dialog-dialog yang mereka haturkan. Mungkin faktor resminya bahasa yang dihadirkan film ini jadi mereka masih agak canggung.



Anakluh sendiri memiliki keistimewaan sendiri yaitu di sinematografinya yang begitu memanjakan mata. Tidak lupa juga scoring yang diisi oleh grup band seventeen pun tidak klaah jauh menarik. Untungnya, pemilihan lagu-lagunya pas untuk film ini. Overall, film Anakluh sebagai film Indonesia kedua di tahun 2011 bisa dibilang kurang baik penggarapannya karena masih banyaknya bolong-bolong disana-sini dari cerita yang ingin dibagikan di film ini. Sebagai sineas yang pernah membuat film Joshua oh Joshua, rasanya Eduart Pesta Sirait harus lebih netral lagi jika ingin membuat film semacam ini. Selamat menonton. :cheers:



2,5/5



Trailer:



Komentar